TEMPO.CO, Manila – Tewasnya seorang penyiar radio yang ditembak mati menambah jumlah wartawan yang tewas di Filipina dalam waktu sebulan menjadi tiga orang. Memang, negara ini dikenal sebagai salah satu negara yang paling berbahaya bagi pekerja media.
“Kami sedang menyelidiki apakah hal ini berhubungan dengan pekerjaannya,” kata Kepala Inspektur Polisi Glicerio Cansilao kepada AFP, seperti dikutip Channel News Asia, Senin, 9 Juni 2014.
Menurut laporan Cansilao, Nilo Baculo, 67 tahun, ditembak mati dari jarak dekat di luar rumahnya di pusat Kota Calapan oleh seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor. Baculo bekerja sebagai komentator dan pembaca berita di stasiun radio DWIM, yang ditutup pada akhir tahun lalu.
Menurut Committee to Protect Journalists yang berbasis di New York, Amerika Serikat, Filipina adalah negara paling berbahaya ketiga di dunia bagi pekerja media setelah Suriah dan Irak. Filipina digambarkan sebagai negara dengan “budaya impunitas” tempat tokoh-tokoh kuat, seperti politikus dan pengusaha, bisa mengatur pembunuhan wartawan atau kritikus lain tanpa takut hukum.
Ditambah lagi, polisi Filipina terkenal korup dan mudah dipolitisasi. Sistem peradilan yang juga tercemar korupsi membuat kesewenangan terhadap wartawan tak terbendung lagi.
Pada 23 Mei lalu, seorang penyiar radio juga ditembak mati di selatan Kota Davao. Dan, dua pekan sebelumnya, penyiar radio lainnya juga ditembak mati di selatan Filipina.
Mengutip data National Union of Journalists of the Philippines, pada tahun ini, sudah ada empat wartawan yang tewas dibunuh. Sementara itu, sudah 33 wartawan tewas dibunuh sejak pemerintahan Presiden Benigno Aquino berkuasa pada 2010.
ANINGTIAS JATMIKA | CHANNEL NEWS ASIA
Terpopuler
Klaim Lihat MH370, Pekerja Kilang Minyak Dipecat
Makan Bareng Miliarder, Pria Ini Rogoh Rp 25 Miliar
Bawa Alkitab, Turis AS Ditahan di Korea Utara