TEMPO.CO, Damaskus – Seperti sudah diprediksi sebelumnya, Bashar al-Assad akhirnya memenangkan pemilihan presiden Suriah yang digelar pada Selasa, 3 Juni 2014. Assad mendapatkan suara sah hingga lebih dari 80 persen dari 73 persen total suara yang sah. (Baca: Pemilihan Presiden Suriah, Assad Bakal Menang)
Dilaporkan Reuters, Kamis, 5 Juni 2014, Ketua Parlemen Mohammad al-Laham menyatakan Assad mengantongi 88,7 persen suara dalam pemilihan presiden Suriah meski perang saudara tumbuh dari protes terhadap pemerintahannya.
“Saya menyatakan kemenangan Bashar Hafez al-Assad sebagai presiden Suriah dengan suara mayoritas,” kata Laham dalam pidato dari televisi dari kantornya di parlemen Suriah.
Sementara itu, musuh Assad menolak hasil pemilu ini dengan menyatakan bahwa ini adalah sandiwara. Mereka menuturkan dua penantang Assad dalam pilpres ini relatif tidak dikenal sehingga tidak ada alternatif nyata bagi pemilih. Selain itu, sebelum pilpres, tidak ada jajak pendapat yang dilakukan sehingga hasil pilpres dianggap tidak kredibel.
Ditambah lagi, pemilu hanya digelar di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah Suriah. Warga di wilayah utara dan timur yang dikuasai pemberontak tidak menggunakan hak suaranya.
Pemberontak terus berjuang mengakhiri 44 tahun pemerintahan keluarga Assad. Konflik ini telah menewaskan 160 ribu orang dan membuat tiga juta warga Suriah mengungsi ke luar negeri.
ANINGTIAS JATMIKA | REUTERS
Terpopuler
Putri Jepang Lepas Gelar Demi Nikahi Pria Biasa
Kandung Gambar Ektremis, Unilever Tarik Iklannya
Siswa Tuntut Permintaan Maaf Setelah Fotonya Diedit Sekolah