TEMPO.CO, Tokyo - Sindikat terorganisasi asal Jepang, Yakuza, berusaha tetap eksis dan solid. Misalnya, organisasi ini meluncurkan majalah untuk 27.700 anggotanya yang tersebar di seluruh negeri pada Juli tahun lalu.
Kemudian, organisasi Yakuza terbesar, Yamagumi-guchi, meluncurkan situs resminya pada April lalu. Ini cara yang dianggap efektif untuk merekrut anggota baru. (Baca: Perkuat Jiwa Korsa, Yakuza Bikin Majalah Sendiri)
Seperti diberitakan Sky News, perekrutan dengan cara online ini dilakukan karena jumlah anggota yang semakin menurun. Sebab, untuk pertama kalinya, jumlah anggota Yakuza menurun hingga di bawah 60 ribu orang pada 2013. (Baca: Yakuza Invasi ke Indonesia)
Untuk menarik minat dan membangun citra positif terhadap calon anggota potensial, situs ini memuat lagu tema Yamagumi-guchi dan pesan anti-narkoba. Yamaguchi-gumi juga memuat beberapa video sebagai bukti bahwa mereka peduli pada masyarakat. Mereka membuat galeri yang menampilkan foto anggota Yakuza memberikan pertolongan saat tragedi gempa bumi terjadi di Kobe pada 1995 dan tsunami pada 2011.
Jake Adelstein, jurnalis dan penulis buku tentang kejahatan terorganisasi Jepang itu mengatakan, perekrutan online oleh Yamaguchi-gumi sebenarnya untuk membuktikan mandat kemanusiaannya.
"Situs itu merupakan upaya untuk menutupi kebenaran jati diri mereka. Dalam situs, moto Yakuza adalah, 'Membantu yang lemah dan melawan yang kuat'. Padahal yang mereka lakukan adalah sebaliknya," kata Adelstein.
Situs Yamaguchi-gumi beralamat www.zenkokumayakubokumetsudoumei.com. Di halaman muka, Yamaguchi-gumi menampilan tombol hubungi kami jika ada orang yang membutuhkan.
Yakuza pertama kali diketahui keberadaannya pada abad 17 dan beroperasi dengan struktur organisasi yang kuat. Ada tiga klan yang menjadi anggota Yakuza, yakni Yamagumi-guchi, Sumiyoshi-kai, dan Inagawa-kai. Mereka beroperasi di seluruh Jepang bahkan di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia.
RINDU P. HESTYA | SKY NEWS
Berita Lain:
Putri Jepang Lepas Gelar Demi Nikahi Pria Biasa
Kandung Gambar Ektremis, Unilever Tarik Iklannya
Obama Tempatkan Duta Besar Pertama di Somalia