TEMPO.CO, Canberra - Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyesalkan adanya bocoran dari mantan karyawan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden, yang menyebabkan rusaknya hubungan Australia dengan Indonesia.
“Kami tidak bisa membiarkan tuduhan Snowden merusak hubungan dengan Indonesia. Hubungan dengan Indonesia terlalu penting,” kata Bishop kepada Tempo dan sejumlah wartawan Indonesia yang mengunjungi kantornya di gedung parlemen, Canberra, kemarin.
Snowden dalam dokumen yang dilansir Guardian Australia dan ABC, November tahun lalu, menyebutkan Australia menyadap pembicaraan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono, dan delapan pejabat petinggi pada 2009. Hubungan kedua negara sempat memanas. Indonesia bereaksi dengan menghentikan berbagai kerja sama pertahanan, seperti pertukaran informasi dan intelijen serta latihan-latihan bersama antara tentara Indonesia dan Australia.
Bishop mengatakan pemerintahnya tidak bisa menanggapi tuduhan penyadapan tersebut. Ia menggambarkan hubungan Indonesia dan Australia setelah terungkapnya bocoran Snowden sangat menyakitkan. “Awful,” katanya.
Ihwal kode etik yang disyaratkan Indonesia sebagai langkah pemulihan hubungan, Bishop mengatakan Australia telah mengirim rancangan kode etik pada Desember 2013. Namun Indonesia baru membalasnya pada April 2014. “Saat ini kami sedang memprosesnya,” kata Bishop.
Presiden SBY mengungkapkan enam syarat pemulihan hubungan diplomatik pada 26 November 2013 sebagai respons atas surat Perdana Menteri Tony Abbott, setelah Indonesia menyatakan protes dengan menarik Duta Besar Nadjib Riphat Kesoema dari Canberra.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR, kemarin, menegaskan bahwa bola kini berada di pihak Australia. Yang diinginkan Indonesia sederhana, yakni agar Australia tidak lagi menyadap dan berhenti bertindak sepihak dalam mengatasi masalah pencari suaka.
WIDIARSI AGUSTINA | NATALIA SANTI