TEMPO.CO, Bangkok - Junta militer Thailand, Senin, 2 Juni 2014, mengerahkan ribuan bala tentara di Bangkok untuk mencegah kerusuhan di ibu kota. Wakil Kepala Kepolisian Nasional Somyot Poompanmaoung dalam keterangannya kepada kantor berita AFP mengatakan, "Kami telah mengerahkan pasukan gabungan polisi dan anggota militer di delapan tempat di Bangkok. Sampai sejauh ini situasinya normal, tidak ada tanda-tanda unjuk rasa."
Pihak keamanan Thailand terpaksa menurunkan sekitar 6.000 personel keamanan setelah tersebar rumor bahwa akan terjadi demonstrasi besar-besaran di beberapa sudut Kota Bangkok. Unjuk rasa hampir berlangsung saban hari di ibu kota sejak militer mengambil alih kekuasaan dari pemerintah sipil pada 22 Mei 2014.
Panglima militer Thailand, Jenderal Prayut Chan-ocha, telah memperingatkan para pengunjuk rasa bahwa mereka, termasuk keluarganya, bakal dihukum sesuai dengan undang-undang darurat jika melakukan pelanggaran. Namun sampai sejauh ini penguasa baru Thailand melakukan penangkapan tanpa menggunakan kekuatan.
Unjuk rasa yang berlangsung di Thailand diikuti oleh kelompok-kelompok kecil. Semula diikuti oleh 1.000 orang pada akhir pekan lalu, tapi lambat laun jumlahnya menurun hingga mencapai ratusan. Di antara pengunjuk rasa itu ada kelompok pendukung pemerintah Yingluck Shinawatra dengan ciri khas Kaus Merah.
Dalam sebuah pidato di televisi pada Jumat, 30 Mei 2014, Jenderal Prayut mengatakan bahwa militer membutuhkan waktu guna melakukan rekonsiliasi di antara kekuatan politik di Thailand. Akan tetapi, Prayut mendapat kritik karena dia dan pendukungnya telah berencana mengambil kekuasaan dalam waktu lama.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita Terpopuler:
Gelar 'Revolusi Wangi' Trio Lestari Tanpa Jokowi
10 Langkah Menjaga Ginjal Tetap Sehat
Scout Willis Unggah Foto Topless Gadis Bali Kuno
Tri Uji Coba Teknologi LTE
Sistem Cerdas ITB Urai Kemacetan Panjang