TEMPO.CO, Bangkok - Pemimpin kudeta Thailand, Jenderal Prayuth Chan-ocha, mengklaim didukung Raja Bhumibol Adulyadej sebagai kepala pemerintahan, setelah Angkatan Bersenjata mengambil kekuasaan, Kamis, 22 Mei 2014 lalu.
Hal tersebut disampaikan untuk pertama kalinya oleh Jenderal Prayuth dalam sebuah pidato kepada rakyat Thailand, Senin, 26 Mei 2014. "Saya akan menegakkan hukum secara tegas demi mengembalikan situasi politik di negara ini," ucapnya.
Pidato itu disampaikan sehari setelah junta militer berkali-kali mengingatkan bahwa dirinya akan menindak kelompok oposisi sipil yang akan mengambil alih kekuasaan.
Militer mengambil alih kekuasaan pada Kamis, 22 Mei 2014, untuk mengakhiri kemelut politik yang telah berlangsung selama enam bulan. Kisruh politik ini disulut perlawanan terhadap pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Usai mengusai pemerintahan, militer bertindak tangan besi dengan menahan sejumlah orang, hampir seluruhnya kroni pemerintahan Yingluck. "Militer juga menafikkan konstitusi negara, membubarkan Senat, dan menyensor media," tulis kantor berita Reuters.
Reuters melaporkan, Yingluck ditahan militer sejak Jumat, 23 Mei 2014 Dia diperkenankan pulang ke rumah meskipun dalam pengawasan militer.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler
Tim Sukses Prabowo Dekati Suciwati
Jadi Bintang Porno, Remaja 19 Tahun Bunuh Diri
Protes Rambut Kemaluan di Makanan, KFC Pecat Staf Remaja Ukur Status Sosial dari Makanan dan Ponsel
Grup MNC Dituding Blokir Pemberitaan Suryadharma