TEMPO.CO, Bangkok – Pernyataan darurat militer Thailand pada Selasa, 20 Mei 2014 pagi rupanya dilakukan secara sepihak. Menurut seorang ajudan perdana menteri, pemerintah tidak mengetahui tentang rencana itu sebelumnya.
“Mereka mengambil tindakan secara sepihak. Pemerintah tengah mengadakan pertemuan khusus untuk membahas hal ini,” kata ajudan yang tidak mau disebutkan namanya ini kepada CNN hari ini. Ia juga menyebut situasi ini "setengah kudeta".
Namun, Letnan Jenderal Nipat Thonglek membantah tudingan kudeta tersebut. Ia menyatakan bahwa darurat militer bukanlah kudeta militer, melainkan sebuah langkah untuk menjamin keselamatan seluruh warga di tengah konflik yang semakin memanas setelah lengsernya Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Darurat militer diumumkan pada pukul 03.00 waktu setempat melalui saluran televisi. Dalam pernyataan itu, militer juga menyatakan akan menutup stasiun televisi bila diperlukan. Tak lama setelah itu, sepuluh stasiun televisi benar-benar diminta menghentikan siarannya sampai batas waktu yang belum diketahui.
ANINGTIAS JATMIKA | CNN
Berita Lainnya
Digigit Anjing,Warga AS Ajukan Tuntutan Selangit
Menengok Isi Museum Rahasia Intelijen AS, CIA
Indonesia Dorong Pemberlakuan Traktat Anti-Tes Nuklir