TEMPO.CO, Juba – Meluasnya kerusuhan antar-etnis di Sudan Selatan membuat ribuan orang telantar serta mengganggu persediaan makanan dan pelayanan kesehatan. Hal ini, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah mengakibatkan sembilan orang meninggal akibat penyakit kolera. (Baca: PBB Kutuk Meluasnya Kerusuhan di Sudan Selatan)
Juru bicara WHO di Juba, Tarik Jasarevic, mengatakan pada Senin, 19 Mei 2014, sembilan orang diyakini meninggal akibat kolera. Penyakit ini memang bisa membunuh penderitanya dalam waktu beberapa hari jika tidak diobati.
“Wabah baru saja dimulai dan bisa menyebar,” kata Jasarevic lewat sambungan telepon kepada Reuters, Senin, 19 Mei 2014. Tiga kematian terjadi di fasilitas kesehatan dan enam lainnya di masyarakat.
Kolera merupakan penyakit menular yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi akibat sanitasi yang buruk atau ikan yang tidak dimasak dengan benar. (Baca: Kamp Pengungsi Kongo Dihantam Kolera)
Gejalanya termasuk diare, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kematian biasanya disebabkan oleh dehidrasi. Kalau dibiarkan tak terawat, maka risiko kematian bagi penderita amat tinggi.
Sudah lima bulan Sudan Selatan membara. Lebih dari 1 juta orang meninggalkan rumah mereka ketika perpecahan mulai terjadi antara pendukung setia Presiden Salva Kiir dan loyalis Wakil Presiden Riek Machar yang telah dipecat.
ANINGTIAS JATMIKA| REUTERS
Terpopuler
Digigit Anjing,Warga AS Ajukan Tuntutan Selangit
Menengok Isi Museum Rahasia Intelijen AS, CIA
Indonesia Dorong Pemberlakuan Traktat Anti-Tes Nuklir