TEMPO.CO, Washington - Juri di Pengadilan Amerika Serikat mendakwa lima orang berwarganegaraan Cina dengan dakwaan spionase di dunia siber karena diduga menyerang enam perusahaan Amerika dan mencuri rahasia dagangnya.
Departemen Kehakiman AS mengatakan para hacker itu menargetkan perusahaan-perusahaan AS yang bergerak dalam bidang nuklir, produk logam, dan tenaga surya untuk mencuri informasi yang berguna bagi pesaing mereka di Cina, Senin, 19 Mei 2014.
Perusahaan-perusahaan yang ditargetkan antara lain Alcoa Inc, United States Steel Corp, Allegheny Technologies Inc , Westinghouse Electric Co, dan SolarWorld AG. Para peretas juga menargetkan United Steel, Paper and Forestry, Rubber, Manufacturing, Energy, dan Allied-Industrial and Service Workers International Union (USW).
Rincian lebih lanjut dari dakwaan ini akan disampaikan dalam konferensi pers oleh Jaksa Agung Eric Holder, Senin petang waktu setempat.
Frank Cilluffo, Kepala Homeland Security Policy Institute di George Washington University, mengatakan langkah ini menunjukkan Departemen Kehakiman memiliki bukti dan mereka akan membawa bukti itu ke muka sidang.
Para pejabat Amerika telah lama khawatir atas aksi para peretas dari luar negeri, terutama Cina. Kabel rahasia Departemen Luar Negeri AS yang diperoleh WikiLeaks menunjukkan pelacakan dari penerobosan sistem yang mengarah ke Cina, sesuai dengan laporan Reuters tahun 2011. Satu kabel tahun 2009 menunjukkan serangan itu berasal dari unit tertentu dari Tentara Pembebasan Rakyat Cina.
Dakwaan ini, bagaimana pun, adalah simbol. Tetapi, langkah itu akan mencegah orang yang didakwa dengan kasus ini melakukan perjalanan ke Amerika Serikat atau negara lain yang memiliki perjanjian ekstradisi dengan Negeri Abang Sam.
Beberapa ahli keamanan cyber mengatakan langkah Amerika Serikat ini menunjukkan keseriusannya menangani masalah peretasan. "Ini mengirimkan pesan yang kuat kepada Cina," kata James Lewis, partner senior di Center for Strategic and International.
Analis lainnya tetap skeptis langkah itu akan menghalangi invasi Cina di dunia maya. "Ini tidak akan memperlambat langkah Cina," kata Eric Johnson, seorang ahli teknologi informasi di Vanderbilt University dan dekan School of Management.
REUTERS | ABDUL MANAN
Berita Lainnya
Demo Anti-Cina, Pabrik Foxconn di Vietnam Tutup
Jelang Piala Dunia, Demam Berdarah Hantui Brasil
Cina Evakuasi 3.000 Warganya dari Vietnam
Indonesia Dorong Pemberlakuan Traktat Anti-Tes Nuklir