TEMPO.CO, Yangtze - Krisis air bersih masih mengancam sejumlah negara. Di Cina, sumber air di Sungai Yangtze tidak memiliki kualitas air minum yang baik. Sekitar 3,6 warga di Cina bagian timur akhirnya terpaksa mengkonsumi air kemasan yang bisa mereka dapat dengan menempuh perjalanan selama 20 menit.
Pencemaran air merupakan masalah yang serius di Cina, meski pemerintah masih menjamin bahwa air bersih di negara itu masih aman. Padahal, pada 2013 lalu, 22 persen air keran di Kota Sanghai tercemar bangkai babi yang ditemukan di Sungai Huangpu.
"Untuk mengatasi pekerjaan dan persyaratan pencemaran air, legislatif telah mencatatkan hukum dan rencana kerja. Penelitian juga tengah dilakukan," kata Komite Nasional Kongres Rakyar Xin Chunying, seperti dilaporkan oleh Want China Times, pekan lalu.
Setelah laporan itu, rencana penyediaan air bersih terus dilakukan, termasuk untuk perlindungan sumber air minum dan pencemaran sungai. Pemerintah bahkan terpaksa mengeluarkan dana sekitar US$ 11,2 miliar, atau sekitar Rp 129 triliun, untuk mencegah polusi air.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 748 juta masyarakat dunia masih kekurangan air bersih. "Sebanyak 90 persen di antaranya tinggal di daerah sub-sahara Afrika dan Asia. Masih banyak dari mereka yang belum menggunakan air minum yang baik dan bersih," kata WHO dan UNICEF dalam laporannya, seperti diberitakan oleh Mashable, Ahad, 11 Mei 2014.
Baca Juga:
Untuk menangani masalah krisis air bersih ini, Persatuan Bangsa-Bangsa membentuk sebuah program bernama Millennial Development Goals (MDGs) untuk kesejahteraan masyarakat di dunia dalam berbagai bidang. Untuk masalah ketersediaan air berih, MDGs menargetkan menyelesaikan krisis ini pada 2015 mendatang.
RINDU P HESTYA | WANT CHINA TIMES | MASHABLE
Berita Lain:
Cina Berencana Bangun Jalur Kereta Bawah Air ke AS
Ikuti Crimea, Dua Wilayah Ukraina Gelar Referendum
Demi Anak, Orang Tua Nekat ke Markas Boko Haram