TEMPO.CO, Abuja - Penculikan massal atas siswi sebuah sekolah di Nigeria menyedot perhatian dunia. Aktris Angelina Jolie menyebut penculikan itu sebagai kekejaman tak terperikan.
Menurut seorang siswi yang menjadi saksi mata, kejadian itu bermula saat dia dan rekan-rekannya mendengar serentetan tembakan. Beberapa saat kemudian masuk beberapa pria berseragam ke dalam asrama sekolah. Salah satu dari mereka mengaku sebagai tentara dan berjanji menyelamatkan mereka. Para siswi yang kebingungan itu pada awalnya merasa lega.
"Jangan khawatir, kami tentara," kata gadis 16 tahun itu menirukan orang yang masuk ke asramanya. "Tidak ada yang akan terjadi pada kalian."
Orang-orang bersenjata memerintahkan ratusan siswi Sekolah Menengah Negeri Khusus Perempuan Chibok berkumpul di luar. Beberapa dari mereka menuju ruang penyimpanan makanan, menguras isinya, dan kemudian membakarnya. Para siswi digiring naik ke atas truk.
"Mereka mulai berteriak 'Allahu akbar', dan saat itulah kami tahu siapa mereka," katanya. Para pria itu bukan tentara, apalagi pelindung mereka. Mereka adalah anggot kelompok ekstremis Islam, Boko Haram, yang terkenal kejam.
Remaja ini merupakan satu di antara 50 siswi yang berhasil lolos. Ia menceritakan penculikan itu kepada The Associated Press bersama 30 temannya.
Ia menceritakan pelarian heroiknya bersama puluhan temannya. Setelah melewati tiga desa, kendaraan yang ditumpanginya rusak. Saat itulah ia dan temannya melompat keluar dan melarikan diri.
Untuk menghindari pengejaran, mereka bersembunyi di semak-semak, atau naik ke atas pohon. Setelah merasa aman, mereka keluar dari persembunyian dan kembali pulang ke desa.
Chibok berada di kawasan timur laut yang terpencil di Nigeria dengan populasi kecil. Sekolah yang diserang merupakan lembaga pendidikan elite. Para siswinya datang baik dari kalangan muslim maupun kristen. Sebelumnya, sekolah ini sempat ditutup karena menjadi sasaran penyerangan Boko Haram, sebelum dibuka kembali untuk memberi kesempatan para siswi mengikuti ujian akhir tahun.
Pada 14 April lalu, seorang pejabat pemerintah daerah, Bana Lawal, menerima peringatan melalui telepon selulernya. Dia diberitahu bahwa sekitar 200 anggota kelompok militan bersenjata berat menuju kotanya dengan 20 truk dan lebih dari 30 sepeda motor.
Lawal segera menghubungi 15 tentara yng menjaga Chibok. Ia juga membangunkan warga yang tertidur untuk melarikan diri ke semak-semak dan bukit-bukit di dekatnya. Para prajurit meminta bantuan ke barak terdekat, sekitar 48 kilometer jauhnya, tapi tak ada bantuan yang dikirimkan.
Ketika gerilyawan itu muncul dua jam setelah peringatan tersebut, para prajurit berjuang meskipun mereka kalah jumlah dan persenjataan. Satu setengah jam kemudian, para penjaga ini kehabisan amunisi dan lari untuk menyelamatkan diri. Satu orang tewas.
Tiga minggu kemudian, 276 siswi hilang. Menurut perantara yang berhubungan dengan penculik, setidaknya dua di antaranya meninggal karena gigitan ular, dan sekitar 20 lainnya sakit.
Penderitaan mereka--dan kegagalan militer Nigeria menemukan mereka--telah menarik perhatian internasional atas pemberontakan ekstremis Islam yang telah menewaskan lebih dari 1.500 orang ini. Boko Haram--bermakna "pendidikan Barat adalah dosa"--mengaku bertanggung jawab atas penculikan massal dan mengancam akan menjual gadis-gadis itu. Klaim itu dibuat dalam sebuah video yang disebarluaskan pada Senin lalu.
Presiden Nigeria Goodluck Jonathan pada Selasa, 6 Mei 2014, mengumumkan ia telah menerima tawaran Amerika Serikat untuk membantu upaya pencarian. Pemerintah Inggris juga telah menyatakan keprihatinan atas nasib para siswi yang hilang.
AP | INDAH P