TEMPO.CO, Benghazi - Seorang pembom bunuh diri meledakkan sebuah minibus di luar kamp militer Libya di Benghazi, Selasa 29 April 2014. Dua orang tewas dan dua lainnya luka dalam serangan bunuh diri kedua sejak Desember lalu.
Pemboman mobil dan pembunuhan tentara dan polisi umum terjadi di kota timur Libya, di mana pasukan pemerintah secara teratur terlibat bentrokan dengan militan dari kelompok Islam Ansar al-Sharia. Organisasi ini dimasukkan dalam daftar organisasi teroris oleh Amerika Serikat.
Bom bunuh diri ini akan menandai pergeseran taktik militan Islam di Timur Tengah. Libya telah menyaksikan beberapa serangan bunuh diri selama selama atau setelah pemberontakan yang berujung pada jatuhnya Muammar Gaddafi pada tahun 2011.
Awalnya, seorang pria dengan minibus putih berhenti di depan gerbang utama markas Pasukan Khusus Batalyon 21 di Benghazi dan meledakkan dirinya dan kendaraannya setelah penjaga menolak untuk membiarkan dia masuk ke kamp itu, kata komandan Batalyon 21 Salem Al-Naili.
"Sopir meminta tentara yang bertugas untuk membuka pintu gerbang," kata Naili. "Prajurit itu menolak untuk membukakan pintu gerbang dan meminta sopir menunjukkan identitasnya. Pada saat itulah bus itu meledak."
Naili menuduh kelompok militan Islamis garis keras di balik serangan itu. Dia menegaskan, "Apapun yang mereka lakukan, kami siap untuk membangun tentara di Libya."
Sebagian besar negara telah menutup konsulat mereka di Benghazi dan beberapa maskapai penerbangan asing juga berhenti terbang ke sana sejak duta besar AS dan tiga orang Amerika lainnya tewas dalam serangan oleh militan Islam, September 2012.
Pemerintah pusat Libya sedang berjuang untuk mengendalikan kelompok-kelompok bersenjata, milisi dan mantan brigade pemberontak yang membantu menggulingkan Gaddafi pada tahun 2011, dan sekarang mereka menolak untuk dilucuti senjatanya.
Reuters | Abdul Manan
Berita Lainnya
Satu WNI di Jeddah Meninggal Akibat MERS-CoV
Tony Abbott: Fokus Pencarian MH370 di Bawah Laut
PBB: Kejamnya Korut Kombinasi Nazi ,Soviet, dan Apartheid
683 Pendukung Ikhwanul Muslimin Dihukum Mati