TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kerajaan Inggris mengusulkan kepada parlemen untuk membuat peraturan baru yang menyamakan kejahatan seksual terhadap anak dengan kejahatan terorisme. Usulan ini akan dimasukkan ke dalam naskah pidato Ratu Elizabeth II yang akan dibacakan pada pembukaan reses parlemen, Juni mendatang.
Seperti diberitakan Guardian, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Minggu, 27 April 2014, waktu setempat, mengatakan pemerintah Inggris sedang berupaya keras menutup segala celah yang memungkinkan perdator seksual anak beraksi. Salah satu yang mengkhawatirkan, kata David, ialah ditemukannya sejumlah buku panduan elektronik (e-book) yang berisi teknik-teknik aksi pedofilia di sejumlah situs Internet.
"Nanti, para predator seksual anak akan mendapat sanksi yang sama beratnya dengan para ekstremis, termasuk mereka yang menyebarkan buku panduan tentang cara membuat bom di Internet," ujar David.
Topik kekerasan seksual di Inggris mencuat saat Agensi Kejahatan Nasional negara itu menemukan sejumlah situs di Internet yang berisi aneka panduan aksi pedofilia. "Hal ini sangat tidak bisa diterima. Undang-undang kami masih terlalu lemah, sehingga para pedofil bisa mendistribusikan dokumen menjijikan," kata David. "Saya ingin memastikan, pemerintah Inggris akan melakukan segalanya untuk melindungi anak-anak."
Undang-undang baru yang khusus mencegah peredaran dokumen pedofilia dan pemberian sanksi berat bagi para pengedarnya itu diharapkan bisa disetujui, serta berlaku pada pemilihan umum tahun depan. Usulan ini juga dimasukkan dalam rencana amandemen peraturan tahun 1959 berjudul Vulgar Publications Act.
Tidak hanya temuan soal dokumen cabul di Internet, Inggris juga tengah gempar lantaran buronan FBI, William Vahey, yang bunuh diri pada Maret lalu diketahui pernah mencabuli sekitar 60 murid laki-laki berusia 10 tahun di sebuah sekolah swasta di Inggris. Vahey menjadi guru geografi di Sekolah Internasional Southbank di London pada 2009-2013.
Vahey telah ditetapkan sebagai tersangka pedofilia oleh FBI. Kasus Vahey juga menggemparkan Tanah Air karena dia diketahui pernah mengajar di Jakarta International School (JIS) selama sepuluh tahun sejak 1992 hingga 2002. Diduga sewaktu mengajar di Indonesia, Vahey juga pernah melakukan aksi bejatnya. Namun belum diketahui ada berapa korban Vahey di Indonesia.
GUARDIAN | PRAGA UTAMA
Topik terhangat:
Hadi Poernomo | Pelecehan Siswa JIS | Kisruh PPP | Jokowi | Prabowo
Berita terpopuler lainnya:
Berbagai Ketakutan jika Prabowo Jadi Presiden
SBY Kebelet Ketemu Mega Sejak 2004
Dipegang Giggs, MU Langsung Bekuk Norwich 4-0