TEMPO.CO, Beijing – Flu burung masih marak di Cina. Dalam tiga bulan pertama tahun 2014, sudah hampir 100 orang yang tewas karenanya. Namun, menurut data pemerintah, baik jumlah korban maupun jumlah infeksi, cenderung menurun pada bulan Maret.
Dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 11 April 2014, Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana Nasional mencatat, pada bulan Maret 2014, jumlah korban tewas mencapai 24 orang.
Jumlah korban ini turun dibandingkan dengan bulan Februari yang mencapai 41 orang dan bulan Januari yang mencapai 31 orang. Secara keseluruhan, jumlah korban tewas akibat virus H7N9 ini mencapai 96 jiwa.
Adapun jumlah pasien terinfeksi virus ini juga menurun tajam pada bulan Maret, sekitar 24 pasien. Sebelumnya, pada bulan Februari, kasus infeksi mencapai 99 dan pada bulan Januari mencapai 127.
Dibandingkan tahun lalu, jumlah kematian di awal tahun meningkat hampir dua kali lipat. Pada awal 2013, Cina mencatat 46 kematian dan 144 infeksi akibat virus ini.
Peningkatan jumlah kasus tersebut memicu kekhawatiran virus telah bermutasi, sehingga bisa menular antar-manusia yang mungkin akan memicu pandemi global. Namun, para pejabat Cina dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan penularan bisa terjadi dari manusia ke manusia, meskipun kasus sporadis infeksi kerap kali terjadi antar-keluarga. Menurut mereka, penularan sporadis ini diduga terkait dengan musim dingin.
Cina terus meningkatkan pemantauan di sejumlah pasar unggas dan mengawasi sejumlah pasien yang memiliki gejala yang berhubungan dengan virus tersebut.
ANINGTIAS JATMIKA | CHANNEL NEWS ASIA
Terpopuler
Penelitian: Makanan Cepat Saji Pemicu Kemalasan
Kacang Polong Turunkan Kadar Kolesterol Jahat
Remaja Asia Jago Pecahkan Masalah
Regenerasi Mode Asia dalam Panggung Runway Hits