TEMPO.CO, Kinshasa – Konflik yang terjadi di Kongo telah menyebabkan lebih dari 3.000 orang mengalami kekerasan seksual selama empat tahun terakhir. Tindakan ini dilakukan oleh pasukan pertahanan dan keamanan negara atau pemberontak bersenjata.
Menurut laporan PBB, seperti diberitakan Al Jazeera, Kamis, 10 April 2014, ada sekitar 3.645 orang yang menjadi korban kekerasan seksual di negara di Benua Afrika ini. Korban kekerasan seksual ini berasal dari berbagai kalangan, mulai wanita, anak-anak, hingga kaum pria.
Baca Juga:
Laporan ini menyebutkan korban berusia sekitar 2-80 tahun, dengan 73 persen di antaranya berjenis kelamin wanita, 25 persen anak-anak, dan 2 persen laki-laki.
Tak hanya dilakukan oleh pemberontak, kejahatan seksual ini juga dilakukan oleh aparatur negara. Memang, lebih dari setengah pemerkosaan dilakukan oleh pemberontak yang beroperasi di Kongo timur, tapi satu dari tiga pemerkosaan ternyata dilakukan oleh tentara militer Kongo.
Meski pengusutan tindak kejahatan seksual ini telah mengalami kemajuan, PBB menilai hal ini belum bisa diatasi dengan menyeluruh.
Pada November 2012 lalu, sebanyak 39 tentara dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan, termasuk pemerkosaan, terhadap setidaknya 102 perempuan dan 33 anak perempuan di sekitar Kota Minova di timur Kongo.
PBB menyayangkan kasus ini sering tidak berakhir dengan semestinya. Banyak kasus yang akhirnya menguap, tidak diinvestigasi, dan tidak ada penuntutan. Bahkan banyak kasus yang tidak dilaporkan.
ANINGTIAS JATMIKA | AL JAZEERA
Terpopuler
Ledakan Pasar di Pakistan, Puluhan Orang Tewas
Pemilu Indonesia di Mata Dunia
Marinir Amerika Tewas Ditembak Rekannya
Peti Mati Zaman Firaun Ditemukan di Israel