Novel "Doctor Zhivago" adalah kesempatan emas bagi CIA untuk menjadi alat propaganda melawan musuh utamanya, Uni Sovyet.
Antara epik dan otobiografi, novel Pasternak berkisar pada dokter-penyair Yuri Zhivago -seninya, cinta dan kehilangannya dalam dekade sekitar Revolusi Rusia 1917. Kadang-kadang, Zhivago adalah alter ego Pasternak. Antara karakter dalam novel dan penulis, yang lahir pada tahun 1890, berasal dari masa lalu yang hilang, lingkungan budaya kaum intelektual Moskow.
Pasternak tahu bahwa dunia penerbitan Soviet tak akan tertarik dengan "Doctor Zhivago". Tapi Pasternak telah lama dikenal memiliki keberanian yang tidak biasa. Pasternak merasa tidak perlu untuk menyesuaikan seni dengan tuntutan politik negara. Mengorbankan novelnya, menurut keyakinan Pasternak, akan menjadi dosa terhadap kejeniusannya sendiri. Akibatnya, badan sastra Soviet menolak untuk menyentuh "Doctor Zhivago."
Untungnya bagi Pasternak, penerbit Milan menerima salinan naskah dari pengawas sastra Italia yang bekerja di Moskow. Pada bulan Juni 1956, Pasternak menandatangani kontrak dengan penerbit Giangiacomo Feltrinelli, yang menolak semua upaya Kremlin dan Partai Komunis Italia untuk menekan agar buku itu tak terbit. Pada November 1957, sebuah edisi bahasa Italia "Doctor Zhivago" diluncurkan ke publik.
Di Washington, para ahli Soviet CIA dengan cepat melihat mengapa Moskow membenci "Doctor Zhivago." Dalam sebuah memo Juli 1958, John Maury, Kepala Divisi Soviet Rusia menulis memo bahwa buku tersebut merupakan ancaman jelas bagi pandangan dunia yang akan diihadirkan Kremlin.
"Pesan humanistik Pasternak -bahwa setiap orang berhak atas kehidupan pribadi dan layak dihormati sebagai manusia, terlepas dari tingkat loyalitas politiknya atau kontribusi kepada negara- merupakan tantangan fundamental bagi etika Soviet soal pengorbanan individu untuk sistem komunis," tulis Maury dalam memo-nya.
Dalam sebuah memo internal tak lama setelah munculnya novel itu di Italia, anggota staf CIA merekomendasikan bahwa "Doctor Zhivago" akan diterbitkan dalam jumlah maksimum dalam edisi asing, untuk distribusikan di dunia secara maksimum dan dipertimbangkan untuk mendapat kehormatan seperti hadiah Nobel."
Sementara CIA berharap Novel Pasternak akan menarik perhatian global, termasuk dari Akademi di Swedia, juri untuk pemenang Nobel, tapi tidak ada indikasi bahwa motif CIA untuk mencetak edisi bahasa Rusia novel itu adalah untuk membantu Pasternak memenangkan hadiah tersebut. Soal ini menjadi spekulasi selama beberapa dekade.
Sebagai target utama distribusinya, CIA memilih pameran pertama pasca perang dunia pertama, yaitu Pameran Internasional tahun 1958 di Brussels. Empat puluh tiga negara berpartisipasi di pameran seluas 500 hektare, yang letaknya di barat laut dari Brussels tengah.
Amerika Serikat dan Uni Soviet membangun paviliun besar di pameran itu, untuk menampilkan persaingan cara-cara hidup mereka. Apa yang terutama menarik CIA dalam pameran itu adalah adanya sejumlah besar warga Soviet ke acara ini. Belgia memang mengeluarkan 16.000 visa bagi pengunjung asal Soviet.