TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Bila keluarga dari penumpang Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 harus menunggu jawaban selama 20 hari, keluarga penumpang MH653 yang celaka tahun 1977 harus terombang-ambing dalam ketidakpastian selama puluhan tahun. "Tiga puluh tujuh tahun kami menunggu, dan hingga kini masih tidak benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata Ruth Parr yang berumur 19 tahun ketika ayahnya, Thomas, meninggal dalam kecelakaan itu.
Pesawat MH653 dibajak pada tahun 1977 dalam perjalanan dari Penang ke Kuala Lumpur, ibu kota negara itu. Penerbangan pesawat jenis Boeing 737-200 ini berakhir di rawa mangrove, menewaskan 100 orang di dalamnya. Sebelum tragedi MH370, ini adalah insiden paling mematikan dalam sejarah penerbangan Malaysia.
Baca Juga:
Saat itu laporan resmi menyatakan pesawat telah dibajak. Namun hingga kini sang pembajak tak pernah diidentifikasi, meskipun rekaman suara kokpit menangkap segala sesuatu dari dalam ruang kemudi pesawat, termasuk suara tembakan yang menewaskan kedua pilot. Menurut laporan Departemen Penerbangan Sipil Malaysia saat itu, pesawat dibajak saat mendekati Kuala Lumpur.
Di tengah kebingungan tentang apakah pesawat sengaja mendarat di sana atau tidak, laporan menyimpulkan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh awak yang dilumpuhkan sehingga pesawat melaju tak terkendali. Saat itu pesawat mengalihkan penerbangan menuju Singapura.
Beberapa saksi mata pada saat itu melaporkan melihat pesawat terbakar sebelum menyentuh tanah, sementara yang lain melaporkan mendengar ledakan sebelumnya. Namun tim investigasi tidak bisa menemukan bukti untuk mendukung laporan tersebut.
Baca Juga:
Bagi keluarga korban MH653, pemberitaan MH370 membawa kembali kenangan traumatis mereka. Menurut beberapa orang yang ditemui CNN, selama bertahun-tahun mereka berjuang untuk mengatasi kesedihan berkepanjangan. "Selalu terngiang sepanjang waktu," kata Tom Sherrington yang ayahnya, Richard, juga berada di pesawat MH653. Dia mengatakan kerap melakukan kunjungan ke memorial yang dibangun di dekat lokasi kecelakaan di kota pesisir Malaysia, Tanjung Kupang.
Parr dan Sherrington memperingatkan bahwa setiap orang memproses kesedihan mereka dengan cara yang berbeda dan tidak ada jalan pintas. "Seiring waktu akan sedikit lebih mudah, tapi Anda tidak pernah bisa lupa tanggalnya," kata Parr.
CNN | TRIP B