TEMPO.CO, Bursa - Pemerintah Turki memutuskan untuk mematikan Twitter, Kamis, 20 Maret 2014. Keputusan itu dibuat selang beberapa jam setelah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengancam akan memusnahkan jejaring sosial tersebut karena dianggap telah menyebarkan isu korupsi.
"Kami akan menghapus Twitter. Saya tidak peduli apa yang akan dikatakan masyarakat internasional. Mereka akan melihat kekuatan Turki," kata Erdogan saat melakukan kampanye pemilu di Provinsi Bursa, Turki, kemarin.
Sementara itu, pihak Twitter masih mencari laporan apakah layanan mereka sudah resmi dilarang di negara itu. Setelah sudah dimantikan, sebagai alternatif lain, Twitter menyediakan layanan SMS agar pengguna bisa tetap berkicau.
Erdogan, pemimpi Turki sejak 2003, memang sedang berada di bawah tekanan. Beberapa minggu terakhir, sebuah rekaman yang membahas tempat persembunyian uang yang diduga miliknya dan putranya, Bila, heboh di jejaring sosial. Namun yang bersangkutan membantah hal tersebut.
Tak hanya Twitter, Erdogan juga mengancam akan menghapus YouTube dan Facebook di negaranya. Bagi dia, jejaring sosial itu sangat mudah dimanfaatkan oleh musuh-musuh politiknya.
"Kami tidak akan berbelas kasih pada YouTube dan Facebook. Kami akan mengambil langkah yang perlu dilakukan," kata Erdogan pada stasiun televisi lokal ATV awal bulan ini.
RINDU P. HESTYA | CNET
Berita Lain:
MH370 'Sembunyi' di Balik Pesawat Lain?
Radar Jindalee Temukan Dua Puing Diduga MH370
Australia Temukan Obyek Diduga MH370
Puing Ditemukan, Pencarian MH370 Masih Menantang
Jindalee, Radar Sensitif Pelacak MH370