TEMPO.CO, Venice - Ketika referendum di Crimea mendapat sorotan dunia internasional, tidak demikian referendum yang sedang berlangsung di Kota Venice, Italia. Sekitar 4 juta penduduk Kota Venice memberikan suaranya pada Minggu, 16 Maret 2014. Hari yang sama bagi 1,5 juta warga Crimea memberikan suaranya.
Penduduk kota makmur di utara Italia itu akan memilih tetap bergabung dengan Italia atau berdiri sendiri sebagai negara merdeka. Referendum dilakukan secara online hingga Jumat mendatang.
Berdasarkan pada jajak pendapat yang diadakan oleh sejumlah aktivis dan partai politik lokal baru-baru ini, diperkirakan dua per tiga dari total pemilih akan memilih merdeka atas Roma. Warga Venice sudah punya nama untuk negara mereka yang baru, yakni Republik of Veneto. (Baca: Putin: Referendum Crimea Sesuai Piagam PBB)
Peristiwa ini akan mengingatkan sejarah kedaulatan Republik Venecia dulu yang mampu bertahan lebih dari seribu tahun. Venice yang dikenang sebagai kota budaya, arsitek, dan perdagangan kehilangan kemerdekaannya ketika masa kejayaan Raja Napoleon tahun 1797.
Gubernur Venice Lua Zaia menepis anggapan bahwa referendum yang sedang berlangsung akan dihadang oleh konstitusi Italia. Ia menegaskan, "Hukum internasional membolehkan hak untuk menentukan nasib sendiri." Italia tidak mengakui referendum ini.
Penduduk Venice kecewa dan tidak puas dengan kebijakan pemerintah Italia yang dianggap merugikan Venice. Mereka kemudian terinspirasi dengan referendum yang akan dilakukan oleh warga Scotlandia yang ingin merdeka atas Inggris. Warga Scotlandia akan menggelar referendum pada September 2014. (Baca: 95,5 Persen Pemilih Crimea Ingin Gabung Rusia)
Selain Venice dan Scotlandia, desakan referendum datang dari warga Catalonia di Spanyol. Warga Catalonia juga sedang berjuang untuk lepas dari Spanyol dan menjadi negara merdeka.
BBC | FOX NEWS | NATIONAL POST| ,MARIA RITA HASUGIAN