Namun, di dalam hati keluarga kami tahu, setiap kali ayah bertugas, kemungkinan menerima telepon bernada sedih yang mengabarkan ayah tidak bisa pulang selama-lamanya selalu ada. Hal itu kami terima sebagai bagian dari hidup kami sehari-hari.
Ayah terus-terusan mengikuti pelatihan. Ayah punya jadwal rutin untuk memeriksa kesehatannya, agar dia tetap fit untuk terbang. Dia juga mengikuti ujian seperti pelajar. Buku manual penerbangannya sama tebalnya dengan buku ilmu kedokteran yang kupelajari.
Dalam menjalankan profesinya, ayah adalah seorang yang mengidap OCD (Obsessive Compulsive Disorder), karena dia ingin memastikan semuanya berada dalam tempat yang benar. Bahkan, dia tidak pernah datang terlalu cepat atau terlambat meski semenit kalau dia sudah berjanji. Dia selalu tepat waktu.