Sepanjang hidupnya, kehadiran ayah buat kami selalu ditentukan oleh selembar kertas yang kerap dia berikan kepada kami setiap awal bulan. Kertas itu merupakan jadwal penerbangannya. Jadi, ayah suka kesal kalau aku bertanya, "Ayah akan terbang ke mana?" karena dia sudah memberikan jadwalnya kepada kami.
Setiap kali ayah berangkat kerja, kami pasti selalu mengantarnya sampai ke depan rumah, melihat dia dijemput mobil bandara. Terkadang, jika dia harus terbang Subuh, kami akan saling mengucapkan salam sebelum tidur. Dan setiap kali ayah pulang, kami akan menyambutnya di depan pintu rumah. Aku tidak pernah menyadari betapa pentingnya kebiasaan-kebiasaan itu sampai tragedi MH370 terjadi.
Setiap kali ayah bertugas, dia bertanggung jawab atas nyawa ratusan orang. Dia bertanggung jawab mengantarkan orang-orang bertemu keluarganya. Dia membantu pebisnis mencapai kesepakatan bisnis. Dia menolong merealisasikan mimpi para pengelana yang ingin berkeliling dunia.