TEMPO.CO , Jakarta: Keluarga dua Korea, Utara dan Selatan tetap berjuang mencari saudara mereka yang terpisah saat perang Korea terjadi di tahun 1951-1953. Usaha mereka bukanlah usaha yang mudah, sebab selain dokumen yang mereka punya sangat terbatas, mereka hanya memiliki foto yang ada dalam genggaman mereka, atau bahkan benda - benda kuno yang tak lagi dimiliki sebagai identitas di saat ini.
"Saya tidak mengenali wajah adik saya, kecuali dari hanbok yang dikenakannya, hanbok itu sangat cantik untuk dia," kata Kim Song-yun, 86 tahun saat memeluk saudarinya, Kim Seok-ryo, 87 tahun yang tertinggal di Korea Utara, dalam reuni yang berlangsung di Gunung Keumkang, Provinsi Gangwon, Korea Selatan, Kamis 20 Februari 2014.
Tidak hanya itu, tidak semua anggota keluarga beruntung mengikuti acar reuni ini. Peserta dari Korea Selatan umumnya mengikuti reuni ini dengan cara diundi. Undian ini ditentukan oleh pemerintah Korea Selatan. Kemudian mereka yang lolos undian ini boleh menemui keluarga mereka di Gunung Keumkang (Gold Mountain). Hingga saat ini tidak jelas bagaimana pemerintah Korea Utara memilih para peserta.
Bagi para peserta yang berumur di atas 80 tahun, reuni ini seperti kesempatan terakhir bagi mereka sebelum meninggal. Mereka berharap bertemu dengan keluarga mereka walau hanya sehari saja. Jumlah peserta yang sudah mengikuti reuni keluarga ini sebanyak 22 ribu orang. Saat ini masih ada 71 ribu orang yang menunggu diikutkan dalam reuni ini. Setengah dari 71 ribu orang itu kebanyakan berusia di atas 80 tahun.
"Karena itu, saat bertemu mereka, saya bawakan makanan sebanyak - banyaknya," ujar salah satu peserta perempuan berusia 80 tahun. Dari Seoul, perempuan ini membawa satu tas makanan untuk saudaranya yang ada di Korea Utara. "Saya hanya takut, dia tidak makan dengan baik di sana," kata perempuan itu, seperti yang dikutip dari salah satu situs berbahasa Korea.
NEW YORK TIMES | CHOSUN ILBO | DONGA ILBO | CHETA NILAWATY