TEMPO.CO, Pyongyang – Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada Kamis, 20 Februari 2014, mendesak warga Australia di luar negeri untuk mematuhi hukum negara tempat mereka berada. Permintaan itu dilayangkan setelah seorang misionaris Australia yang membawa pamflet Kristen ditahan di Korea Utara.
Dilaporkan laman AP, warga Australia bernama John Short diinterogasi dan ditangkap di Hotel Pyongyang pada Minggu, 16 Februari 2014, sehari setelah ia tiba di ibu kota Korea Utara ini. Pria berusia 75 tahun tersebut telah tinggal di Hong Kong selama 50 tahun dan pernah ditangkap di Cina karena penginjilan.
Meskipun pemerintah Korea Utara menjamin kebebasan beragama, pada prakteknya banyak yang akhirnya berurusan dengan hukum karena dianggap melanggar peraturan.
Short mulai dicurigai saat ia datang ke sebuah kuil Budhha. Di sana, ia meninggalkan pamflet Kristen berbahasa Korea. Sang pemandu wisata lokal langsung melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang. Short kemudian ditangkap di hotelnya dengan barang bukti sejumlah pamflet-pamflet serupa.
Sementara itu, Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengatakan, pemerintahnya akan melakukan yang terbaik untuk menawarkan bantuan konsuler. Ia juga menyerukan kepada seluruh warganya untuk lebih berhati-hati.
“Jika Anda berada di negara lain, berhati-hatiilah untuk mematuhi hukum mereka. Jika Anda berada dalam kesulitan, sebisa mungkin kami (pemerintah) akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda,” katanya dalam sebuah pernyataan di Sydney.
Kasus serupa juga pernah terjadi pada misionaris lainnya. Pada tahun lalu, misionaris Amerika Kenneth Bae dijatuhi hukuman 15 tahun kerja paksa setelah dituduh melakukan tindakan yang dianggap bermusuhan di Korea Utara.
Short yang berasal dari Barmera, Australia, ini pernah beberapa kali ditangkap saat penginjilan di daratan Cina. Penangkapan pertamanya terjadi pada 1976 setelah kematian Mao Zedong. Ia pernah dilarang memasuki Cina selama hampir dua tahun setelah penangkapan keduanya pada 1996. Tak lama dilepaskan, ia kembali ditangkap beberapa kali karena dianggap telah “berbicara tentang kebrutalan” terhadap umat Kristen di Cina.
ANINGTIAS JATMIKA | AP
Terpopuler
Gara-gara Film Korea, Pria Cina Diputus Kekasihnya
Perkosa Gadis Remaja, Serdadu AS Bunuh Diri
Kerja di Kapal Pesiar, WNI Serang Penumpang AS
Indonesia Gelar Konferensi Pembangunan Palestina II
Pengebom Kapal Perang AS Tetap Pakai Pengacaranya