TEMPO.CO, Elmendorf - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry akan menekan Cina untuk menghilangkan ambiguitas atas klaim teritorial di Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan yang disengketakan dengan tetangganya. Dia khawatir ketegangan di Asia akan terus berlanjut. Hal ini akan dilakukan pada kunjungannya ke Asia pekan ini. "Tidaklah bijaksana jika Cina mengambil tindakan yang mengganggu stabilitas di kawasan itu," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri yang berangkat bersama Kerry, Kamis, 13 Februari 2014.
Menurut pejabat ini, kedua pihak yang bersengketa harus duduk bersama untuk memperjelas klaim maritim dan pulau yang disengketakan berdasarkan hukum internasional dan konvensi PBB. "Ambiguitas tentang klaim menghasilkan ketidakpastian dan menimbulkan risiko," ujarnya.
Tahun lalu Beijing secara sepihak memperpanjang zona pertahanan udara atas pulau yang disengketakan di Laut Cina Timur. Tak berselang lama, muncul beredar kabar Cina sedang mempertimbangkan langkah serupa di atas Laut Cina Selatan.
Jumat lalu, Kerry menegaskan Amerika Serikat akan membela sekutunya, Jepang, terhadap serangan sesuai perjanjian 1960, termasuk pulau-pulau yang diklaim oleh Cina. Beijing mengklaim hampir semua Laut Cina Selatan, bahkan wilayah yang jauh dari garis pantai, tetapi bagian yang bersinggungan dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam.
Pejabat senior pemerintah AS yang lain mengatakan Beijing telah meningkatkan langkah-langkah tambahan untuk menegaskan kontrol atas wilayah sengketa. Namun, dia mengatakan harus ada cara untuk menyepakati beberapa prinsip-prinsip dasar untuk menurunkan ketegangan.
Kerry akan menuju ke Seoul untuk melakukan pembicaraan pada Kamis dengan President Park Guen-hye dan Menteri Luar Negeri Yun Byung-se, sebelum menuju ke Cina. Dalam pembicaraan yang dijadwalkan Jumat di Beijing, Kerry ingin mendengar apa jenis diplomasi Cina yang akan dilakukan.
CHANNEL NEWS ASIA | EKO ARI