TEMPO.CO, Damaskus: Kepala misi yang mengawasi penghancuran senjata kimia Suriah mendesak pemerintah Damaskus untuk mempercepat operasinya. Desakan ini disampaikan di tengah kekhawatiran negara Barat yang menuding Bashar al-Assad sengaja memperlambat prosesnya.
Sigrid Kaag, dalam sebuah wawancara dengan AFP, Selasa 11 Februari 2014, yakin bahwa batas waktu pertengahan 2014 untuk penghancuran seluruh senjata kimia akan terpenuhi. Kaag menyebut Suriah menunjukkan "kerjasama konstruktif" meskipun melewatkan beberapa tenggat waktu untuk pengapalan bahan kimia ke luar negeri.
"Beberapa penundaan telah terjadi, tetapi mereka belum dapat mengatasinya dan kami tetap yakin bahwa batas waktu 30 Juni 2014 akan terpenuhi," katanya. "Ada kerja sama yang konstruktif pada tingkat politik dan di tingkat teknis."
Menurut resolusi PBB, berdasarkan kesepakatan yang didukung Amerika Serikat dan Rusia, Suriah akan menyerahkan semua senjata kimia untuk dihancurkan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Seluruh senjata dijadwalkan akan dihancurkan pada bulan Juni 2014 yang diawasi oleh Tim Gabungan PBB dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang dikepalai Kaag.
Pada hari Senin10 Februari 2014, pengiriman ketiga bahan kimia dijadwalkan meninggalkan Suriah untuk dihancurkan di luar negeri.
Tapi Damaskus telah melewatkan beberapa tenggat waktu kunci untuk memindahkan senjata kimia, dan mendorong Dewan Keamanan PBB dan Ketua OPCW Ahmet Uzumcu mendesak ada percepatan proses pemusnahan senjata kimia.
"Sebuah upaya yang signifikan diperlukan untuk memastikan bahan kimia yang masih tetap di Suriah dipindahkan -sesuai dengan jadwal dan tanpa penundaan lebih lanjut," kata Uzumcu, awal pekan ini.
Presiden AS Barack Obama, Selasa 11 Februari 2014, meminta Rusia memastikan Suriah memenuhi tenggat waktu itu. "Suriah harus memenuhi komitmennya dan Rusia memiliki tanggung jawab untuk memastikan Suriah tunduk dengan tenggat itu," kata Obama saat konferensi pers di Washington bersama Presiden Perancis Francois Hollande.
Pemerintah Suriah mengatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk memenuhi tenggat 30 Juni 2014, dan mengatakan bahwa masalah keamanan yang berkaitan dengan perang sipil yang terus berlangsung yang menyebabkan terjadinya sejumlah penundaan.
Kaag mengakui penundaan yang tak terduga itu, termasuk karena masalah logistik dan keamanan. "Ini adalah operasi yang sangat kompleks," katanya.
CHANNEL NEWS ASIA
BERITA LAINNYA
Heboh Sensor Konten Internet di Turki
Kecelakaan Pesawat di Aljazair, Satu Orang Selamat
Pesawat Jatuh di Aljazair Tewaskan 103 Orang
Pukul Anak, Pasutri Malaysia Ditahan di Swedia
KPU Thailand Usulkan Pemilu Baru