TEMPO.CO, Washington - Presiden Prancis Francois Hollande saat konferensi pers bersama kolega Amerika Serikat-nya, Barack Obama, Selasa, 11 Februari 2014, mengatakan bahwa dua sekutu telah menyelesaikan perselisihan mereka atas isu spionase oleh intelijen Amerika Serikat.
Para pemimpin dari banyak negara sekutu AS, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, marah setelah Edward Snowden mengungkapkan bahwa intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), memonitor panggilan telepon mereka. Snowden adalah eks analis NSA.
Namun tidak diketahui apakah telepon Hollande sendiri disadap oleh NSA. Prancis diketahui lebih berhati-hati mengkritik aksi spionase AS dan menekankan pentingnya kerja sama intelijen negaranya dengan Washington.
"Kami ingin memerangi terorisme, tapi kami juga ingin menyepakati sejumlah hal prinsip. Dan kami membuat kemajuan dalam kerja sama ini. Rasa saling percaya telah dipulihkan," kata Hollande.
Hollande mengatakan dirinya tidak ingin krisis atas praktek mata-mata yang dilakukan AS mengganggu suasana kunjungan kenegaraannya ke Washington. Namun ia mengulangi kekhawatiran Uni Eropa tentang ancaman terhadap data pribadi pada era Internet.
"Rasa saling percaya harus didasarkan pada penghormatan terhadap setiap negara, tetapi juga didasarkan pada perlindungan kehidupan pribadi, data pribadi," kata Hollande saat konferensi pers bersama di Gedung Putih.
CHANNEL NEWS ASIA | ABDUL MANAN
BERITA LAINNYA
Heboh Sensor Konten Internet di Turki
Kecelakaan Pesawat di Aljazair, Satu Orang Selamat
Pesawat Jatuh di Aljazair Tewaskan 103 Orang
Pukul Anak, Pasutri Malaysia Ditahan di Swedia
KPU Thailand Usulkan Pemilu Baru