TEMPO.CO , Yerussalem: Mayoritas warga Israel berpikir bahwa pembicaraan damai dengan Palestina saat ini tidak akan menghasilkan kesepakatan. Soal ini terungkap dalam sebuah jajak pendapat oleh Shiluv Millward Brown dan disiarkan di TV swasta Channel 2, Sabtu 25 Januari 2014.
Sekitar 87 persen responden menjawab "tidak" ketika ditanya apakah mereka berpikir perundingan ini akan menghasilkan kesepakatan damai. Hanya tujuh persen responden yang mengatakan "ya ".
Batas kerangka sembilan bulan perundingan damai Israel-Palestina, yang diperantarai Amerika Serikat, adalah akhir April 2014. Namun perundingan itu sepertinya tak berujung pada hasil yang nyata, karena kedua belah pihak mengungkapkan tuntutan yang tampaknya tak terdamaikan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang telah melakukan 11 kali perjalanan ke Israel dan Tepi Barat dalam setahun ini, mencoba untuk menuntaskan kesepakatan kerangka kerja untuk memetakan pembicaraan ke depan dengan membuat pedoman pada isu-isu yang paling diperdebatkan.
Salah satu isu tersebut adalah soal masa depan al-Quds, yang oleh Israel dianggap sebagai kota "abadi dan tak bisa dibagi", sedangkan Palestina membayangkan sektor timur Yerussalem sebagai masa depan ibukota negara mereka.
Menurut jajak pendapat, 63 persen berpanangan bahwa Israel tidak harus melepaskan Yerusalem Timur. Hanya 26 persen yang mengatakan sebaliknya. Lebih dari tiga perempat dari mereka (77 persen) tegas mendukung permintaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa Palestina harus mengakui Israel sebagai negara Yahudi. Hanya 17 persen orang Israel yang berpandangan bahwa permintaan itu tidak perlu.
Saat ditanya apakah John Kerry adalah perantara yang adil, 38 persen mengatakan dia "berpihak pada Palestina", sementara 27 persen mengatakan dia "adil". Hanya dua persen responden yang mengatakan dia pro-Israel. Ada 32 persen yang menyatakan tidak berpendapat dalam soal ini.
The News International | Abdul Manan
Berita Lainnya
Penembakan di Mal di Columbia, AS, Tiga Tewas
Diplomatnya Diculik, Mesir Tarik Stafnya di Libya
Anak 12 Tahun Jadi Korban Buaya di Australia
Polisi Brazil-Demonstran Anti-Piala Dunia Bentrok
Lima Diplomat Mesir Diculik di Libya
Presiden Ukraina Sodorkan Konsesi kepada Oposisi