TEMPO.CO, Bangkok – Seorang demonstran anti-pemerintah yang menderita luka kritis akibat serangan bom di Bangkok kemarin, meninggal dunia, Sabtu dini hari, 18 Januari 2014.
Prakong Chuhan, 46 tahun adalah salah satu dari 38 korban cedera saat sebuah bom yang diduga granat dilemparkan dari sebuah gedung tak terpakai di Jalan Bantha Thong, dekat Tesco Lotus, pusat kota Bangkok.
Prakong ikut dalam aksi yang dipimpin Sekjen Komite Reformasi Demokratik Rakyat Suthep Thaugsuban. Suthep yang hanya berada 100 meter dari lokasi ledakan berhasil selamat tanpa cedera.
Suthep menuduh serangan itu dilakukan oleh pemerintah sementara. Sebaliknya polisi mencurigai perubahan rute demo. Spekulasi bahwa pihak oposisi sendiri yang merancang serangan bersama militer beredar di media sosial. Namun Suthep membantah keras hal ini.
“Saya tidak akan membunuh pendukung saya sendiri,” kata Suthep seperti dikutip Bangkok Post, Sabtu.
Yingluck juga membantah pemerintah mendalangi serangan.
“Saya tidak mendukung kekerasan dalam bentuk apapun dan akan mengadili siapapun pelakunya,” kata Yingluck seperti dikutip Bangkok Post.
Demonstran menuntut Perdana Menteri sementara Thailand Yingluck Shinawatra mundur dan membentuk dewan rakyat, sambil mengamendemen undang-undang pemilihan umum. Demonstran juga menuntut agar pemilu yang rencananya akan digelar 2 Februari mendatang dibatalkan.
Yingluck yang dituding menjadi boneka sang kakak, mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang dikudeta militer September 2006. Yingluck menjadi perdana menteri setelah memenangkan pemilu Thailand 2011 dengan dukungan kalangan miskin pedesaan yang merasakan keuntungan kebijakan pemerintahan Thaksin. Kini dia menjadi perdana menteri sementara setelah parlemen dibubarkan Desember 2013 lalu.
THE NATION | NATALIA SANTI
Berita Lain:
Ani Yudhoyono: Ini Tustel Pribadi, Paham?
Adnan Buyung Tantang KPK Bawa Anas ke Pengadilan
Jokowi Dapat Teguran Gamawan
Elektabilitas Turun, Jokowi Masih Unggul Jauh
Unair: Terlalu Dini untuk Minta Maaf Soal Anas