TEMPO.CO, Tunis - Polisi Tunisia menangkap tujuh orang penganut Salafi atau Islam ultrakonservatif di kawasan barat Kota Kasserine, Ahad malam, 29 Desember 2013. Stasiun radio setempat, Mosaique Radio, melaporkan penangkapan ini didasari oleh kekhawatiran polisi akan adanya kemungkinan kelompok Islam radikal merencanakan serangan selama perayaan tahun baru.
Kasserine adalah kota yang paling dekat dengan daerah terpencil di Gunung Chambi. Pada pertengahan 2013, tentara dan polisi menyerbu daerah ini untuk menangkap lebih dari 30 tersangka anggota milisi Al-Qaidah. Sejak kejadian itu, militer Tunisia meningkatkan penjagaan di wilayah tersebut guna mengantisipasi serangan selama perayaan tahun baru.
Laporan Mosaique Radio menyebutkan tujuh Salafi itu ditangkap saat sedang membagikan selebaran yang berisi pelarangan terhadap perayaan tahun baru dan penjualan kue untuk acara itu. Dalam ponsel salah satu orang yang ditangkap, didapati foto seseorang yang mirip dengan anggota milisi yang dicokok di Gunung Chambi Mei lalu.
Kementerian Dalam Negeri Tunisia belum bisa dimintai komentar. Perayaan tahun baru selalu menjadi acara besar di Tunisia, negara yang paling sekuler di dunia Arab. Namun, kondisi berubah sejak terjadi revolusi yang menggulingkan Presiden Zine el Abidine Ben Ali pada awal 2011. Revolusi ini membuka jalan bagi partai Islam moderat, Ennahda, untuk mengambil kekuasaan.
Setelah krisis politik, partai Ennahda setuju untuk mengundurkan diri dan akan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sementara. Sementara itu, kaum Salafi ingin memaksakan sebuah negara Islam.
Baca Juga:
Pekan lalu, polisi Tunisia menyita 60 kilogram emas bernilai sekitar US$ 2,3 juta atau sekitar Rp 2,8 miliar saat memeriksa kendaraan milisi di salah satu ruas jalan utama yang menghubungkan kawasan utara dan selatan negara itu. Namun pihak berwenang belum bisa memastikan apakah emas tersebut berkaitan dengan kelompok-kelompok teroris.
REUTERS | EKO ARI