TEMPO.CO, Teheran - Ketua Badan Tenaga Atom Iran (AEOI) Ali Akbar Salehi mengatakan negaranya sedang membangun centrifuge (mesin yang digunakan untuk memperkaya uranium) generasi baru untuk pengayaan uranium. Namun, mereka harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum alat itu diproduksi secara massal.
Proyek ini dilihat sebagai upaya melawan kritik terhadap kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia. "Sedang dilakukan tes sebelum diproduksi massal," kata Ali, Jumat, 27 Desember 2013.
Di bawah kesepakatan nuklir yang dicapai bulan lalu di Jenewa, Iran berjanji tidak akan membuat centrifuge baru selama enam bulan. Kesepakatan ini bagian dari pembatasan sementara terhadap program pengayaan uranium sebagai timbal balik atas pengurangan beberapa sanksi. "Tapi kesepakatan itu tidak menghentikan kami mengembangkan centrifuge," katanya.
Pemerintah baru di bawah Presiden Hassan Rouhani mengatakan kesepakatan itu mengakui hak Iran untuk memperkaya uranium. Amerika Serikat dan sekutunya menuduh Iran berusaha membangun senjata nuklir. Namun Iran mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, termasuk pembangkit listrik dan pengobatan medis.
Total, Iran memiliki 19 ribu centrifuge, meskipun ia tidak mengatakan berapa banyak yang beroperasi. Pada Agustus lalu Iran mengaku memiliki 18 ribu centrifuge, sekitar 1.000 di antaranya sudah lebih canggih. Centrifuge yang lebih canggih itu mampu memperkaya uranium lebih cepat. Iran sebelumnya telah memberikan informasi tentang mesin barunya kepada badan pengawas nuklir PBB.
Berdasarkan kesepakatan Jenewa, Iran sepakat untuk membatasi pengayaan uraniumnya sampai 5 persen dan menetralkan persediaan uranium yang sudah diperkaya sebesar 20 persen. Uranium dapat digunakan untuk membangun senjata jika diperkaya lebih dari 90 persen. Pada tingkat yang lebih rendah, uranium digunakan untuk daya reaktor nuklir.
USA TODAY | EKO ARI
Berita lain:
Cap Teroris Dituding Cara Mesir Habisi Al-Ikhwan
Erdogan Ganti Menteri dengan Loyalis
Bekas PM Bangladesh Jadi Tahanan Rumah?
Rusia Sebut Yasser Arafat Tidak Diracun