TEMPO.CO, Damaskus - Dua puluhan orang, termasuk 14 anak, dilaporkan tewas setelah angkatan udara Suriah menggempur distrik yang menjadi pertahanan pemberontak di Kota Aleppo. Keterangan tersebut disampaikan kelompok penggiat hak asasi manusia, Ahad, 15 Desember 2013.
Kelompok ini mengatakan, pasukan pemerintah membombadir lokasi-lokasi pemberontak yang juga dihuni oleh warga sipil dengan menjatuhkan bola-bola berisi bahan peledak melalui helikopter.
"Satu serangan menggunakan bahan peledak dijatuhkan di atas Distrik Sakhur, Ard al-Hamra dan Haydrariyeh, menewaskan 22 orang termasuk di antaranya 14 anak-anak serta seorang pemuda berusia 18 tahun," kata Syrian Observatory for Human Rights, kelompok aktivis berbasis di London.
Relawan pertahanan sipil mengatakan kepada Al Jazeera, mereka tidak sempat istirahat sejak pagi selama serangan bom berlangsung.
"Lebih dari 10 daerah berbeda di Aleppo mendapatkan gempuran udara," kata salah satu anggota tim relawan kepada Al Jazeera tanpa menyebutkan namanya. "Mereka (pasukan pemerintah) menembakkan bola berbahan peledak dan misil," dia mengatakan.
Observatory menjelaskan, sejumlah orang tewas di Kota Adra, sebelah utara Damaskus, setelah satu faksi pemberontak menyerang pada Rabu, 11 Desember 2013.
Direktur Observatory, Rami Abdurrahman, mengatakan, para korban tewas berasal dari sekte Alawi sama seperti Presiden Bashar al-Assad, Druse, dan Syiah. Ketiga sekte ini merupakan pendukung terbesar Assad guna berperang melawan pemberontak dari Sunni.
Dalam sebuah wawancara koresponden Al Jazeera, Darren Jordon, dengan Andrew Tabler, seorang analis Suriah dari Washington Insititute for Near East Policy, Tbaler mengatakan, serangan terakhir ini menunjukkan determinasi rezim Assad untuk menguasai kembali Aleppo.
"Rezim Assad memiliki pasukan yang sanggup menguasai kembali kawasan (Aleppo)," kata Tabler. "Pertanyaannya adalah apakah mereka memiliki pasukan yang cukup untuk menguasai kota tersebut."
AL JAZEERA | CHOIRUL