TEMPO.CO, Kiev – Ratusan ribu demonstran anti-pemerintah Ukraina merobohkan patung Vladimir Lenin di Ibu Kota Kiev, Minggu, 8 Desember 2013. Tindakan demonstran tersebut secara simbolis menantang Presiden Viktor Yanukovich dan menolak kembalinya pengaruh Moskow di Ukraina.
Para pemimpin oposisi menyerukan agar demonstran menambah tekanan pada pemerintahan Yanukovich untuk mundur. Pekan lalu, mereka gagal menggalang dukungan untuk mengajukan mosi ketidakpercayaan.
Aksi protes itu dipicu keputusan pemerintah pekan lalu yang menangguhkan penandatangan pakta integrasi dengan Uni Eropa. Besarnya massa yang turun ke jalan mengingatkan kembali pada Revolusi Oranye tahun 2004.
“Yanukovich, kamu berikutnya!” tulis sebuah poster di batu granit bekas berdirinya Patung Lenin.
Massa bertepuk tangan ketika Patung Lenin yang terletak di alun-alun Bessarabska jatuh dan terpenggal kepalanya.
Beberapa orang memukuli monumen itu dengan palu hingga pecahan patung bertebaran. Hanya kaki pahlawan era Soviet itu yang masih melekat di pondasi patung. Seorang demonstran lalu melambaikan bendera Ukraina di atasnya.
“Ini akhir dari penjajahan Soviet,” tulis akun Twitter partai oposisi.
Sejumlah patung Lenin, salah satu pemimpin Revolusi Rusia tahun 1917, telah dipindahkan dari Kiev dalam beberapa tahun terakhir.
Tindakan penghancuran patung itu dikecam Partai Komunis Ukraina. Mereka menyatakan bahwa sikap tersebut merupakan vandalisme.
“Ini isyarat bahwa penyelenggara protes bukan demi nilai-nilai Eropa, tapi penyebaran kebencian, ketakutan, dan kehancuran Ukraina,“ teriak pemimpin Partai Petro Symonenko.
Aksi protes terus berlanjung meski pemerintah Ukraina menyatakan kembali melanjutkan perundingan integrasi dengan Uni Eropa. Ukraina diambang krisis keuangan lantaran tidak mampu membayar tagihan listrik kepada Rusia yang besarnya mencapai 12,5 miliar euro--sementara penyatuan dengan Eropa tidak menjawab persoalan--di tengah ancaman Rusia untuk mengeluarkan Ukraina dari pakta perdagangan Moskow.
CNN | DAILY MAIL | NATALIA SANTI