TEMPO.CO, Bangkok - Pengunjuk rasa anti-pemerintah Thailand berjanji untuk menyerbu markas kepolisian di Bangkok pada Selasa. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari aksi untuk menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Menghadapi ancaman ini, Yingluck berjanji untuk tidak menggunakan kekerasan terhadap massa yang berusaha menyerbu kantornya dan markas polisi terdekat. Kantornya kini dilindungi oleh pagar beton, kawat berduri, dan dijaga polisi anti-huru-hara.
Sebelumnya, pada hari Selasa, helikopter menjatuhkan selebaran di atas pengunjuk rasa mengingatkan bahwa pemimpin mereka, Suthep Thaugsuban, ditahan atas tuduhan pemberontakan. "Jadi tolong, menjauhlah darinya dan tinggalkan pertemuan-pertemuan yang melanggar hukum," tulis selebaran itu.
Suthep, mantan wakil perdana menteri yang menentang Thaksin, menyerukan pada polisi bahwa para pendukungnya akan menguasai markas kepolisian.
Media Thailand menuliskan bahwa jatuhnya markas polisi, atau bahkan kantor perdana menteri sekalipun ke tangan para pengunjuk rasa tidak akan mempengaruhi legitimasi pemerintah Yingluck, yang berkuasa setelah ia meraih kemenangan dalam pemilu tahun 2011. Kekacauan, tulis mereka, hanya akan membuat peluang bagi tentara untuk melangkah memulihkan ketertiban.
Pasar keuangan Thailand telah merosot tajam sejak protes dimulai lebih dari sebulan lalu. Namun, para analis ekonomi mengatakan, krisis ini tak akan berlarut-larut. Pada hari Selasa, baht stabil di posisi sekitar 32,15 per dolar AS, sementara pasar saham ditutup naik 0,2 persen pada hari Senin.
REUTERS | TRIP B