TEMPO.CO, Maputo - Sebuah pesawat dari maskapai penerbangan Mozambiq yang membawa 33 orang jatuh di daerah perbatasan terpencil. Semua awak dan penumpang pesawat tersebut tewas.
Pesawat itu jatuh di taman nasional Namibia, dekat perbatasan dengan Angola. "Tidak ada yang selamat," kata wakil komisaris polisi Namibia, Bollen Sankwasa.
Pesawat itu membawa 27 penumpang, termasuk 10 warga Mozambiq, sembilan warga Angola, lima warga Portugal, dan satu warga negara masing-masing dari Perancis, Brazil dan Cina. Kru pesawat sebanyak enam orang.
Pesawat TM470 terbang dari Maputo, ibukota Mozambiq, tapi tidak mendarat di Luanda, ibu kota Angola, seperti yang dijadwalkan pada Jumat sore. Maskapai awalnya mengatakan pesawat mungkin mendarat di Rundu, Namibia utara. Dikatakan bahwa mereka sedang mengkoordinasikan masalah ini dengan otoritas penerbangan di Namibia, Botswana, dan Angola untuk mencoba menemukan pesawat yang hilang.
Sebuah helikopter polisi Namibia dan petugas di lapangan bergabung dalam pencarian tersebut. Daerah ini luas dan tidak ada jalan darat sehingga menyulitkan untuk menemukan pesawat, kata seorang polisi, Willy Bampton.
Baca Juga:
Pencarian dilakukan di Taman Nasional Bwabwata di timur laut Namibia. Beberapa ribu orang, serta gajah, kerbau dan hewan liar lainnya hidup di taman yang luasnya 2.360 mil persegi itu.
Maskapai penerbangan dari Mozambiq adalah di antara operator yang dilarang di Uni Eropa karena alasan keselamatan.
Maskakapi penerbangan Mozambiq menggunakan pesawat Boeing, Bombardier dan Embraer.
Dalam sebuah pernyataan di website maskapai tersebut, kepala eksekutifnya, Marlene Mendes Manave, mengatakan bahwa maskapainya tumbuh 8 persen pada semester pertama tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2012.
Guardian | Abdul Manan