TEMPO.CO, Jeddah - Kerajaan Arab Saudi menahan 11 ribu pengemis tahun lalu, 99 persen di antaranya berasal dari Asia dan Afrika. Keterangan tersebut disampaikan oleh Direktur Unit Anti-Pengemis, Sa'd Ash-Shahrani, kepada Arab News, Selasa, 26 November 2013.
"Sangat disesalkan, jumlah pengemis di Jeddah naik terus dari hari ke hari. Kami menangkap lima sampai 10 pengemis saban hari. Kita tahu, pengemis merupakan sebuah fenomena internasional yang tak dapat dimungkiri, namun seharusnya bisa diminimalisasi," kata Sa'd.
Penangkapan para pengemis itu hasil kerja sama sejumlah lembaga pemerintahan yang terdiri atas Kepolisian, Kantor Paspor, Tim Mujahidin, Departemen Lalu Lintas, Gugus Tugas, Tenaga Lapangan dan Investigasi Kriminal.
Setelah mereka ditangkap, polisi menjelaskan, mereka diserahkan ke Departemen Kepolisian dan Divisi Deportasi di Kantor Paspor untuk proses deportasi.
"Sekitar 90 persen pengemis yang ditangkap tidak memiliki dokumen identitas. Adapun bila yang ditangkap itu warga Saudi, maka kami melakukan pembinaan agar tidak mengemis lagi. Bagi mereka yang benar-benar memerlukan, akan dikirim ke asuransi sosial, biro tenaga kerja, atau lembaga amal untuk membantunya," jelas Sa'd.
Pengemis pada umumnya berada di sekitar pusat pertokoan, lampu lalu lintas, dan masjid. "Anda dapat menemukannya di jalan-jalan dan alun-alun. Mereka menyusun cerita tragis mengenai keluarganya sehingga mendapatkan simpati masyarakat. Banyak warga kota mengatakan kepada kami bahwa mereka itu tinggal di daerah tertentu, dari sana mereka mulai melakukan aktivitas mengemisnya."
ARAB NEWS | CHOIRUL