Seorang partisipan pejuang kemerdekaan Timor Timur, Jose Antonio Belo, mengaku menolak menerima penghargaan medali dan subsidi. Alasannya, suatu perjuangan dilakukan untuk kebebasan Tanah Air, bukan untuk uang. Kata dia, perjuangan adalah salah satu hak, kewajiban, dan tanggung jawab moral dalam pembebasan Tanah Air.
“Kami berjuang bukan untuk merebut medali atau subsidi, ini adalah hak dan kewajiban dan tanggung jawab moral saya demi kebebasan rakyat dan Tanah Air saya. Tidak ada yang paksa untuk berjuang, bukan Presiden Taur, bukan Perdana Menteri Xanana, atau pemimpin lain yang memaksa saya untuk ikut berjuang, tetapi dengan hati nurani saya sendiri,” kata Belo kepada Tempo, Selasa, 12 November 2013.
Hingga sekarang, Belo menolak mendaftarkan diri di pemerintah sebagai veteran atau salah satu korban 12 November 1991. Alasannya, dia sangat sedih dengan situasi ekonomi, politik, dan sosial saat ini. Apalagi hingga sekarang kehidupan warga Timor Leste pada umumnya, yang mencoblos kemerdekaan pada 30 Agustus 1999, masih melarat.
Pemerintah Timor Leste hanya memilih sebagian orang yang dinilai sebagai pejuang untuk diberi subsidi dan medali. “Ini tidak adil bagi saya, yang menentukan kemerdekaan adalah warga yang memilih pada 30 Agustus 1999,” kata dia.
Jose Antonio Belo adalah salah satu wartawan senior yang ikut terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan Timor Timur. Dia pernah bergerilya di hutan, kemudian turun ke kota dan melanjutkan kunjungan ke Australia. Ia kembali ke Timor Timur untuk melanjutkan profesi sebagai wartawan.
JOSE SARITO AMARAL (DILI)
Berita Terkait
Soal Perempuan, Mesir Paling Buruk di Negara Arab
Oposisi Suriah Setuju Dialog Damai Tanpa Assad
Wakil Menteri Iran Ditembak dari Dalam Mobil