TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Xanana Gusmao memberikan subsidi untuk pemulihan kehidupan para korban 12 November 1991, atau biasa disebut insiden Santa Cruz, di Timor Leste. Rogerio de Araujo, salah satu korban 12 November itu, mengatakan setiap bulan ia menerima subsidi sekitar US$ 266 untuk seumur hidup. Kata dia, subsidi ini diberikan untuk memperbaiki kehidupan mereka.
“Kami tidak menuntut pembayaran, dan ini bukan bayaran kami, karena tujuan kami bukan ini, tetapi tujuan kami menuntut hak untuk merdeka. Subsidi hanya untuk membantu kami memperbaiki hidup selama kami hidup. Sebab, kami banyak yang tidak sekolah karena keterlibatan kami saat itu,” kata Rogerio.
Ia mengatakan, subsidi ini adalah inisiatif pemerintah dan program negara, bukan atas tuntutan para korban. Sebagai salah satu korban, ia berhak menerima subsidi. Tetapi, kalau suatu saat peraturan mengenai subsidi ini diberhentikan, tidak masalah.
Meski demikian, subsidi ini tidak akan mematikan tuntutan untuk menunjukkan kuburan para korban yang hingga sekarang belum ditemukan. Mereka akan terus menuntut pemimpin Indonesia, khususnya para aktor peristiwa itu, untuk menunjukkan kuburan para korban.
Tragedi ini bermula ketika ribuan kaum muda Timor Timur, yang kini telah menjadi negara Timor Leste, menabur bunga di Santa Cruz atas kematian Sebastiao da Silva, yang terkena tembakan tentara Indonesia pada 8 Oktober 1991. Tapi, perkabungan itu disambut dengan rentetan tembakan dari tentara Indonesia. Ratusan orang tewas dan dibuang entah ke mana. (Baca juga: Timor Leste Peringati Tragedi Santa Cruz)
Baca Juga:
Menolak Penghargaan...