TEMPO.CO, Paris - Polisi anti-huru-hara Prancis menembakkan gas air mata pada ribuan demonstran di barat laut Prancis, setelah mereka mulai melempari petugas dengan batu dan besi. Pengunjuk rasa yang terdiri dari gabungan lembaga nirlaba dan pekerja ini menentang pajak hijau (ecotax) yang kontroversial dan PHK .
Tiga demonstran ditangkap, sementara empat pengunjuk rasa dan seorang polisi terluka setelah bentrokan pecah selama protes pada hari Sabtu sore.
Penyelenggara protes mengatakan 30 ribu orang, termasuk pengemudi truk, nelayan, dan pekerja industri makanan, telah berkumpul di Kota Quimper di Brittany untuk menggalang solidaritas. Namun pihak berwenang menyatakan pengunjuk rasa hanya 15 ribu orang.
Pejabat kota, Jean-Luc Videlaine, menyalahkan kekerasan itu dipicu ulah "kelompok marginal" dari ekstremis sayap kanan. Sebelumnya, Perdana Menteri Jean-Marc Ayrault telah memperingatkan aksi kekerasan di Brittany, setelah bentrokan sebelumnya pada minggu lalu selama demonstrasi serupa.
Ecotax, yang bertujuan untuk mendorong angkutan komersial ramah lingkungan, memaksakan pungutan baru pada kendaraan Prancis dan asing mengangkut barang-barang komersial berat lebih dari 3,5 ton. Hal ini ditentang petani dan pekerja sektor pangan di seluruh negeri, terutama di Brittany, di mana ekonomi sangat bergantung pada pertanian.
Meskipun pemerintah telah mengatakan pajak tidak akan berlaku pada 1 Januari seperti yang direncanakan sebelumnya, penyelenggara protes dan mengatakan langkah itu tidak cukup. "Kami tak butuh penundaan, kami butuh pencabutan aturan itu," kata salah satu juru bicara demonstran.
Ecotax pertama kali diadopsi oleh pemerintahan Nicolas Sarkozy pada tahun 2009, namun implementasinya telah berulang kali ditunda. Para pejabat mengatakan penangguhan pajak, yang akan menghasilkan sekitar 1 miliar euro per tahun, akan dilakukan selama beberapa bulan. Beberapa anggota parlemen, seperti Jose Bove dari Partai Hijau, menyebut 'menyedihkan' dan 'langkah mundur' bagi Prancis.
AP | TRIP B