TEMPO.CO, Washington - Badan intelijen Amerika Serikat National Security Agency (NSA) telah melakukan pengupingan sistematis terhadap pemerintah Meksiko selama bertahun-tahun. Majalah Jerman Spiegel edisi 20 Oktober 2013 menulis, NSA juga berhasil meretas ke akun email publik presiden dan memperoleh wawasan yang mendalam tentang kebijakan dan sistem politik negara itu. Kabar ini kemungkinan akan melukai hubungan antara AS dan Meksiko .
NSA memiliki divisi khusus untuk misi yang sangat sulit, dengan target khusus: Tailored Access Operations (TAO). Yang masuk dalam kategori ini adalah pengawasan terhadap tetangga Meksiko-nya, yang dilakukan Mei 2010 lalu. Untuk tugas ini, divisi itu melaporkan bahwa "misinya tercapai".
Sebuah laporan internal NSA yang diklasifikasikan sebagai "rahasia" mengatakan, "TAO berhasil memanfaatkan mail server kunci dalam domain presiden Meksiko dalam jaringan presiden Meksiko untuk mendapatkan akses pertama kalinya ke akun email publik Presiden Felipe Calderon."
Menurut NSA, domain email ini juga digunakan oleh anggota kabinet lainnya yang berisi, "komunikasi diplomatik, ekonomi, dan kepemimpinan yang terus menerus memberikan wawasan tentang sistem politik Meksiko dan stabilitas internal." Kantor kepresidenan, kata laporan NSA, sekarang "menjadi sumber yang menguntungkan."
Operasi yang diberi nama sandi "Flatliquid " dijelaskan dalam dokumen yang dibocorkan oleh whistleblower NSA, Edward Snowden. Spiegel memiliki kesempatan untuk menganalisis dokumen Snowden tersebut.
Kasus ini kemungkinan akan menyebabkan ketegangan lebih lanjut bagi hubungan Meksiko dan Amerika Serikat, yang sudah dimulai sejak jaringan televisi Brazil Globo TV mengungkapkan pada bulan September 2013 bahwa NSA memantau komunikasi calon presiden Enrique Peña Nieto dan orang di sekitarnya pada musim panas 2012.
Reaksi atas berita Globo TV itu, Peña Nieto, yang sekarang Presiden Meksiko, memanggil Duta Besar Amerika Serikat. Reaksi pemerintah Meksiko saat itu terbatas hanya menuntut adanya investigasi atas masalah tersebut.
Sekarang, dengan adanya pengungkapan bahwa NSA telah secara sistematis menyusup ke seluruh jaringan komputer presiden dan kabinet Meksiko, itu bisa memicu kontroversi lebih dalam, terutama karena pengintipan NSA berlangsung selama periode pendahulu Peña Nieto, yaitu Felipe Calderon. Padahal, Calderon adalah pemimpin Meksiko yang dikenal memiliki hubungan baik dengan Washington daripada presiden sebelumnya.
Laporan tentang operasi pengawasan NSA telah memicu kemarahan di Amerika Latin dalam beberapa bulan terakhir. Presiden Brasil Dilma Rousseff membatalkan perjalanan yang direncanakan ke Washington lima minggu lalu dan mengutuk aksi spionase NSA itu dalam pidato di Majelis Umum PBB, setelah mengetahui bahwa ia juga menjadi targetnya.
Dokumen internal NSA menunjukkan bahwa Meksiko dan Brasil berada di ranking tinggi dalam prioritas AS sampai April 2013. Berdasarkan dokumen yang sama, daftar itu, yang masih dikategorikan "rahasia", diotorisasi oleh Gedung Putih dan disetujui presiden.
Daftar peringkat tujuan strategis untuk semua badan intelijen AS menggunakan skala 1 untuk prioritas tertinggi hingga 5 untuk prioritas rendah. Dalam kasus Meksiko, AS tertarik terutama dalam perdagangan narkoba (yang ditetapkan sebagai skala 1) dan kepemimpinan negara (skala 3). Untuk pengawasan stabilitas ekonomi Meksiko, kemampuan militernya, hak asasi manusia, dan hubungan perdagangan internasional ada di skala 3, sedangkan kontraspionase di skala 4.
Untuk target Brasil, yang jadi target skala tinggi, adalah bagaimana sikap pimpinan negara itu. Program nuklir Brasil juga berada dalam skala tinggi dalam daftar pengawasan NSA.