TEMPO.CO, New York - Nazih Abdul-Hamed al-Ruqai alias Abu Anas al-Libi, warga Libya yang diduga sebagai tokoh senior Al-Qaeda, diperkirakan akan mulai diadili di pengadilan federal di New York, Selasa 15 Oktober 2013. Amerika Serikat menuding Al-Libi menjadi otak dibalik pengeboman Kedutaan Besar Amerika Serikat di Dar es Salaam, Tanzania, dan Nairobi, Kenya, pada 7 Agustus 1998, yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Al-Libi ditangkap pada 5 Oktober 2013 pagi di luar rumahnya di Nofliene, lima kilometer dari Tripoli, ibukota Libya, oleh pasukan khusus Angkatan Darat AS, Delta Force. Disergap tiba-tiba, Al-Libi tidak memberikan perlawanan. Pria 49 tahun ini pun lantas dibawa ke kapal laut Angkatan Laut dan diinterogasi di sana sebelum dibawa ke daratan Amerika.
Kedatangnnya di Amerika Serikat membuka kembali debat soal kehati-hatian dalam memproses tersangka teroris internasional ke pengadilan AS. Anggota parlemen New York dari Republik, Peter King, menyayangkan bahwa al-Libi sudah di tanah Amerika dan mengakhiri proses interogasi terhadapnya. Dia menambahkan, itu tidak akan terjadi jika Al-Libi dikirim ke Teluk Guantanamo dan menghadapi komisi militer di sana.
Presiden AS Barack Obama dan Jaksa Agung Eric Holder sebelumnya telah mengatakan, mereka lebih memilih untuk mengadili orang seperti Al-Libi di pengadilan Amerika Serikat.
Pada tahun 2009, Holder mengatakan, lima tahanan yang diduga memiliki hubungan dengan serangan 11 September 2001, akan dipindahkan dari Teluk Guantanamo, Kuba, ke New York, untuk diadili di pengadilan sipil. Tapi, rencana itu diurungkan. Sebagai gantinya, semua terdakwa itu, yaitu Khalid Sheikh Mohammed dan lain-lain, akan diadili melalui komisi militer di Guantanamo.
Al-Libi sudah didakwa pada tahun 2001 oleh pengadilan federal di Distrik Selatan New York karena pengeboman di Tanzania dan Kenya serta sehubungan dengan dugaan perannya dalam konspirasi dengan Al-Qaeda untuk menyerang pasukan AS di Arab Saudi, Yaman, dan Somalia.
Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS Marie Harf mengatakan pekan lalu bahwa tidak ada kemungkinan al-Libi akan berakhir di Guantanamo. "Posisi pemerintah soal Guantanamo jelas. Tujuan kami bukan untuk menambah populasi di sana, tapi untuk menguranginya, yang itu sudah kami lakukan .... Kebijakan kami adalah untuk tidak mengirim tahanan baru ke Guantanamo," katanya.
Kabar bahwa al-Libi sudah tiba di AS, mengejutkan keluarganya di Libya. Putranya, Abdullah, mengatakan, keluarga berharap ia mendapatkan seorang pengacara yang akan "bekerja dengan dia, untuk dia. Kami tidak ingin dia berbicara kepada sembarang orang."
CNN | Abdul Manan