TEMPO.CO, Nusa Dua - Indonesia dan Malaysia sepakat untuk bekerja sama dalam mengelola isu kelapa sawit. Pembahasan mengenai hal tersebut tercuat dalam pertemuan bilateral antara Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai Konferensi Tingkat Tinggi Forum Kerja Sama Asia-Pasifik (APEC) 2013 di Nusa Dua, Bali, Selasa, 8 Oktober 2013.
“Kerja sama dalam mengelola isu kelapa sawit dalam artian terkait penerapan kebijakan non-tariff oleh beberapa negara sehingga sebagai sesama negara penghasil kelapa sawit kita harus banyak bekerja sama,” kata Staf Khusus Bidang Luar Negeri, Teuku Faizasyah, kepada Tempo, usai pertemuan SBY-Najib.
Menurut Faiza, kedua negara sepakat untuk meluruskan persepsi yang salah tentang kelapa sawit yang disebut-sebut sebagai tidak ramah lingkungan. Untuk meyakinkan dunia, menurut Faiza, disebutkan pula perlunya kerja sama yang erat di antara produsen eksportir kelapa sawit.
Dalam pertemuan bilateral tersebut masalah tenaga kerja Indonesia di Malaysia juga disinggung. Tetapi hanya dalam kerangka perlindungan warga negara.
“Yang kita inginkan adalah perlindunganTKI agar ditangani dengan baik,” kata Faiza. Sebaliknya, PM Najib meminta Indonesia untuk memaklumi jika ada pendataan TKI ilegal sebagai bagian dari kebijakan pemerintahnya.
Menurut Faiza, pembicaraan khusus yang lebih substantif akan dilakukan kedua kepala negara dalam pertemuan tahunan yang akan digelar pada Desember 2013 mendatang.
Dalam pembukaan pertemuan yang ditayangkan langsung di media center selama beberapa menit, PM Najib memuji kesuksesan penyelenggaraan KTT APEC 2013. “Ini merupakan penyelenggaraan KTT APEC tersukses yang pernah ada,” kata Najib.
Selain dari sisi penyelenggaraan, Najib juga mengapresiasi keberhasilan Indonesia dalam menggolkan sejumlah gagasan. Tujuh poin yang disampaikan Yudhoyono dalam pernyataan pers usai KTT APEC 2013 dianggap tepat.
Saat tiba gilirannya berbicara, Presiden Yudhoyono menegaskan bahwa hubungan bilateral Indonesia-Malaysia saat ini dalam keadaan baik. “Sebagai negara tetangga selalu ada isu-isu yang bisa diselesaikan dengan baik, sama seperti dengan negara tetangga yang lain. Itu sudah menjadi tugas masing-masing kepala negara,” kata Yudhoyono.
Indonesia berusaha memasukkan kelapa sawit dan karet sebagai daftar produk ramah lingkungan di APEC. Namun usul itu ditolak anggota APEC dari Eropa dan Amerika Serikat. Mereka menilai kelapa sawit yang jelas-jelas merusak hutan, tak bisa digolongkan sebagai produk ramah lingkungan.
NATALIA SANTI
Berita Terpopuler
Ibu Vicky Prasetyo Diperiksa Polisi
Jokowi, Rhoma Irama, dan Warteg Warmo
Inilah Sebagian Gurita Bisnis Adik Ratu Atut
Petik Gitar, SBY Beri Kejutan Ulang Tahun Putin
KPK Duga Ada Hakim Lain yang Terlibat Selain Akil