TEMPO.CO, Jakarta – Pemerintah Belanda secara resmi menyampaikan permohonan maaf atas pembantaian massal warga Indonesia selama penjajahan yang berakhir tahun 1949.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Tjeerd de Zwaan, secara resmi menyampaikan permohonan maaf tersebut dalam sebuah upacara di Jakarta, Kamis, 12 September 2013.
"Atas nama pemerintah Belanda, saya minta maaf atas perbuatan yang keterlaluan ini," kata De Zwaan.
Pasukan khusus Belanda melakukan pembantaian di Indonesia antara tahun 1945-1949. Menurut data pemerintah Indonesia, jumlah warga yang dieksekusi Westerling di Sulawesi Selatan mencapai 40 ribu orang, sementara angka dari pemerintah Belanda hanya beberapa ribu.
Pada 28 Januari 1947, pasukan khusus Belanda mengeksekusi 208 orang di tanah lapang depan kantor pemerintah setempat. Insiden tersebut merupakan salah satu dari pembunuhan massal yang dilakukan Kapten Raymond Westerling, yang lama dianggap sebagai pahlawan oleh Belanda.
Baca Juga:
Westerling dan pasukannya melakukan pembantaian di puluhan desa selama tiga bulan untuk memberantas pemberontakan terhadap Belanda. Westerling dan orang-orangnya tidak pernah diadili.
Menurut reporter Al Jazeera di Jakarta, pemerintah Belanda tampak tergesa-gesa menyampaikan permohonan maaf atas kejahatan yang mereka lakukan 66 tahun lalu.
“Beberapa bulan lagi Perdana Menteri Belanda akan berkunjung ke Indonesia dan banyak yang mengatakan seharusnya akan lebih tepat jika minta maaf pada saat itu. Akan tetapi, tiba-tiba mereka memutuskan untuk melakukannya saat ini di Kedutaan Belanda dan tidak di tempat di mana kejahatan perang itu terjadi,” kata koresponden Al Jazeera di Jakarta, Step Vaessen.
“Mereka memilih kedutaan karena mereka ingin minta maaf lebih daripada apa yang terjadi di Sulawesi Selatan dan tempat-tempat lain. Mereka minta maaf atas seluruh kejahatan perang, yang disebut Belanda hanya sebagai excesses (perbuatan yang keterlaluan),” kata Vaessen.
Belanda sebelumnya sudah menyatakan permintaan maaf dan membayar para janda dalam kasus-kasus individual dan tidak pernah diakui secara resmi atau menawarkan kompensasi bagi para korban pembantaian.
Atas dua kasus hukum, Belanda telah membayar kompensasi 20 ribu euro bagi beberapa janda korban dan menyatakan permintaan maaf secara publik di Sulawesi dan Rawagede, Bekasi.
“Ketika saya menerima uang dari Belanda, saya menciumnya. Saya sangat bahagia. Tetapi ketika saya menciumnya, saya tidak dapat melupakan apa yang terjadi pada suami saya. Saya sangat sedih,” kata Nani, 93 tahun, salah seorang janda korban.
Ayah Andi Mondji adalah salah satu dari 208 korban yang dieksekusi di Sulawesi. Ketika peristiwa itu terjadi, dia masih kecil. “Kalau mengingat kembali kala itu, nenek saya ditembak ketika dia berusia 80 tahun, ayah saya ditembak, dan seorang keluarga saya yang lain. Semuanya ditembak mati. Mereka seharusnya bisa membayangkan apa yang saya derita akibat itu,” kata Mondji.
AL JAZEERA | NATALIA SANTI
Topik Terhangat
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Jokowi Capres? | Miss World | Penembakan Polisi
Terpopuler:
Ditawari Vicky Mobil, Zaskia Gotik Jual Cincin
Begini Hasil CCTV Soal Penembakan Polisi di KPK
Dul Masih Kritis, 2 Gelas Darah Disedot dari Paru
Bahasa Vicky Zaskia Gotik Dimengerti Keluarganya
Vicky Zaskia Gotik Dijenguk Banyak Wanita di Bui