TEMPO.CO, Beijing - Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang paling umum untuk semua orang. Tanpa bahasa, orang pasti akan sulit untuk berkomunikasi. Namun, ternyata negara maju seperti Cina memiliki masalah kebahasaan pada masyarakatnya. Terdapat 400 juta orang Cina ternyata tidak menguasai bahasa Mandarin. Padahal, bahasa Mandarin adalah bahasa nasional di negara itu.
Partai komunis yang berkuasa di Cina telah mempromosikan bahasa Mandarin sejak beberapa dekade lalu. Tujuannya untuk mempersatukan bahasa dari ribuan dialek yang terdapat di Cina. Akan tetapi, usahanya terbilang gagal. Hal ini dikarenakan kurangnya investasi dibidang pendidikan, khususnya di daerah pedesaan dan pedalaman.
"Hanya 70 persen masyarakat di negara ini yang bisa berbahasa Mandarin, bahkan masih terhitung sangat buruh pelafalan dan kemahirannya. Sisanya 30 persen atau sekitar 400 juta orang tidak bisa sama sekali," kata juru bicara Kementerian Pendidikan Cina, Xu Mei, Kamis, 5 September 2013.
Saat ini, masalah ini menjadi perdebatan di tubuh pemerntahan Cina. Masalahnya, perbedaan bahasa ini sering memicu kerusuhan dan pertengkaran. Tahun ini, pemerintah Cina baru mulai fokus pada pembelajaran bahasa di daerah terpencil atau daerah dengan etnis minoritas.
Namun, masyarakat Tibet menolak "pemaksaan" penggunaan bahasa Mandarin di sekolah-sekolah Cina. Pada tahun 2010, ratusan orang dari Tibet menggelar aksi protes ke Guangzhou. Aksi protes ini dilakukan atas kekhawatiran masyarakat akan tergesernya bahasa tradisonal mereka, yaitu bahasa Kanton.
RINDU P HESTYA | REUTERS
Berita Populer Terkait:
Partai Liberal Unggul dalam Pemilu Australia
Hampir 2 Juta Anak-anak di Suriah Putus Sekolah
Diserang Monyet, Testis Bayi Ini Putus
Museum Gedung WTC Dibuka pada Perayaan 12 Tahun
Uni Eropa Percaya Suriah Gunakan Senjata Kimia