TEMPO.CO, Beirut - Lebih dari 30 orang tewas dan 500 terluka setelah dua bom mobil meledak di luar dua mesjid Sunni di utara kota Tripoli, Lebanon. Bom ini disebut sebagai yang terbesar dan paling mematikan di Tripoli sejak akhir perang saudara 1975-1990 di Lebanon.
Ledakan terjadi usai ibadah shalat Jumat itu hanya berselang lima menit.
Ledakan pertama terjadi di masjid Al-Taqwa di pusat kota dan dekat rumah Perdana Menteri Najib Mikati. Dia sedang berada di luar negeri saat ledakan terjadi. Ledakan kedua menghantam Masjid al-Salam di dekat pelabuhan Tripoli.
Ambulans bergegas ke lokasi ledakan di Tripoli dan asap hitam tebal menutupi langit di kota pesisir Mediterania itu. Tayangan televisi menunjukkan sebuah kawah besar di luar masjid Salam dengan puluhan mobil hancur dan terbakar. Orang-orang berlarian di jalan, beberapa dari mereka membawa tubuh berlumuran darah, lapor Reuters.
Mustafa Aloush, seorang politisi dari Gerakan Masa Depan Sunni, mengatakan banyak korban ledakan tak tertangani di rumah sakit terdekat karena keterbatasan tenaga medis. Tim tanggap darurat kemudian memindahkan mereka ke rumah sakit lain.
Kepada Al Arabiya ia mengatakan enam korban meninggal di rumah sakit karena tak segara diberi pertolongan.
Ledakan ini terjadi seminggu setelah ledakan besar menewaskan sedikitnya 24 orang di sebuah markas Hizbullah yang berafiliasi pada Syiah di Beirut.
Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas dua ledakan itu.
REUTERS | TRIP B