TEMPO.CO, Mauritania - Keyakinan mengenai “big is beautiful” telah menjadi krisis bagi perempuan di negara Afrika Barat. Hal ini tentu menempatkan kehidupan perempuan pada risiko obesitas. Di Mauritania, yang terletak di antara Sahara Barat dan Senegal, para perempuan didorong untuk mendapatkan berat badan sebanyak mungkin sejak kecil. Hal ini bertujuan agar para perempuan tersebut dapat dianggap menarik saat memiliki badan yang besar.
Seperti dilansir Daily Mail, memiliki istri dengan banyak lemak merupakan hal yang sangat diinginan para pria di Afrika Barat. Perempuan gemuk dianggap tanda kekayaan dan prestise. Keyakinan itu membuat para perempuan didorong ke dalam risiko yang membahayakan kehidupannya. Sejak kecil mereka dipaksa banyak makan dan mengonsumsi obat-obatan penambah berat badan yang tidak layak untuk dikonsumsi manusia.
Wartawan AS, Thomas Morton, dikirim ke Mauritania untuk menyelidiki masalah ini sebagai dokumenter HBO. Morton tidak hanya mengamati kegiatan sehari-hari wanita Mauretanian. Ia juga menyelidiki dampak kesehatan dari pil atau obat-obatan penambah berat badan yang mereka konsumsi.
Ternyata cara mereka mengkonsumsi pil tersebut sama dengan praktek "Foie Gras" di Prancis. Foie Gras yaitu proses penggemukan hati angsa dengan memasukkan makanan secara paksa ke tenggorokannya. Hal ini berfungsi agar pemilik angsa mendapatkan hati angsa yang besar dan berlemak sehingga dijual sangat tinggi.
Tak hanya mengonsumsi pil, tradisi yang dinamakan leblouh ini sebelumnya juga mengharuskan para perempuan untuk memakan makanan berlemak dan minum susu unta secara berlebihan agar tampak gemuk saat menikah. Meski membanggakan bagi keluarga, leblouh terasa sangat menyiksa bagi sebagian perempuan yang dipaksa untuk menjalaninya. Beberapa di antaranya akhirnya jatuh sakit dan sebagian lainnya telah merasakan dampaknya saat memasuki usia lanjut.
Baca Juga:
DAILYMAIL.CO.UK | ANINDYA LEGIA PUTRI
Berita Terpopuler:
Ramah pada Perempuan, Fathanah Pelit pada Pria
Begini Aksi Fathanah Curi Dokumen KPK
Jokowi Tak Akan Penuhi Undangan Konvensi Demokrat