Saudara saudariku,
Kita menyadari pentingnya cahaya ketika melihat kegelapan. Kita sadar pentingnya bersuara ketika kita dibungkam. Begitu juga, di Swat, di utara Pakistan, kami sadar pentingnya pulpen dan buku, ketika kami melihat senjata api.
Ada yang mengatakan pulpen lebih perkasa dari pedang. Itu benar. Para ekstremis lebih takut pada buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan mereka. Mereka takut pada perempuan, kekuatan suara perempuan menakutkan mereka.
Itulah kenapa mereka menembak 14 murid tak bersalah belum lama ini di Quetta. Itu kenapa mereka membunuh guru dan pekerja polio perempuan di Khyber Pakhtunkhwa. Itu kenapa mereka meledakkan sekolah setiap hari.
Karena mereka takut pada perubahan, takut pada kesetaraan, yang akan dibawa pendidikan ke dalam masyarakat kita.
Saya ingat ada seorang anak laki-laki di sekolah saya, yang ditanya jurnalis, "Kenapa Taliban sangat membenci pendidikan?"
Dia menjawab dengan sederhana. Sambil menunjuk bukunya, dia berkata, "Seorang Taliban tidak tahu apa isi buku ini. Mereka pikir Tuhan hanya mahluk kerdil konservatif yang akan mengirim perempuan ke neraka hanya karena mereka pergi ke sekolah."
Para teroris telah menyalahgunakan nama Islam dan warga Pashtun untuk kepentingan mereka sendiri.
Pakistan adalah negara demokrasi yang cinta damai, orang Pashtun ingin pendidikan untuk anak-anak mereka, dan Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, kemanusiaan dan persaudaraan. Islam mengajarkan bahwa pendidikan bukan hanya hak anak, tapi juga tugas dan tanggungjawab seorang anak.