TEMPO.CO, Beijing -Alga laut berwarna hijau memenuhi pesisir-pesisir pantai Kota Qingdao, China. Jumlahnya tak main-main, hampir seluas 7.500 mil persegi, atau setengah luas wilayah Jawa Barat. Serangan ini merupakan yang paling buruk dalam lima tahun terakhir.
Tiap tahun menjelang musim panas, alga hijau ini kerap jadi tamu tak diundang di wilayah Cina. Terakhir, kasus yang menyedot perhatian adalah 'serangan' mereka jelang Olimpiade Beijing 2008. Serangan alga ini hampir membuat kompetisi perahu layar kala itu tak jadi digelar karena wilayah perairan Qingdao dipenuhi olehnya.
Menurut pihak berwenang, The State Oceanic Administrasiton jumlah alga yang menyerang Qingdao tahun ini dua kali lipat daripada serangan lima tahun lalu. Setidaknya, US$ 30 juta dikeluarkan pemerintah China untuk membuang alga hijau dari wilayah perairan mereka pada 2008.
Hingga saat ini setidaknya 19,8 kilo ton alga hijau telah disterilkan dari wilayah perairan China. Namun itu tak mengurangi agresi tumbuhan yang hidupnya bergantung pada gerak air ini. Jumlahnya tak kunjung berkurang karena mereka mampu berkembang biak dengan cepat. Belum bisa dipastikan penyebab serangan alga yang terjadi hampir tiap tahun ini.
Kelompok peneliti menduga alga hijau ini datang dari pembiak rumput laut jenis poryphra di Provinsi Jiangsu, selatan Qingdao. Ketika memanen alga di musim semi, sisa-sisa panen mereka berkembang menjadi alga.
"Mereka (alga) bergerak ke arah timur Laut Kuning, mereka tumbuh di sana karena ada nutrisi. Tumbuhnya makin membanyak tak terkendali hingga nanti sepertinya bisa dilihat dari satelit," ujar peneliti dari Csiro Division of Marine and Atmospheric Reserach, John Kessing kepada New York Times, Sabtu, 6 Juli 2013, waktu setempat.
"Ketika jumlahnya sudah makin banyak, barulah mereka bergerak menyapu pantai," ujar ia. Peneliti menyebut alga hijau ini tak membahayakan manusia. Dari foto-foto yang beredar, banyak warga Qingdao malah terlihat asik menenggelamkan diri di lautan alga hijau itu.
Namun ia menyebut alga punya efek buruk terhadap kelangsungan hidup biota laut. Alga dalam jumlah amat banyak dapat memproduksi gas hidrogen berbau busuk, yang meracuni laut.
NY TIMES | ANDI PERDANA