TEMPO.CO, Kairo - Presiden Mesir Mohamed Mursi menolak untuk tunduk pada ultimatum militer. Mursi menyatakan ia terpilih sebagai presiden dalam pemungutan suara yang bebas dan mengekspresikan kehendak rakyat.
"Rakyat Mesir memberi saya mandat sebagai presiden. Mereka memilih saya dalam pemilihan umum yang bebas. Orang-orang menciptakan sebuah konstitusi yang mengharuskan saya untuk menaati konstitusi," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi. "Saya tidak punya pilihan selain memikul tanggung jawab dari konstitusi Mesir."
Pidato itu terjadi saat kekuasaannya dihitung mundur dari 48 jam ultimatum militer. Dengan alasan menyelamatkan negara, militer berencana untuk menangguhkan konstitusi negara, membubarkan parlemen pimpinan kubu Islamis, dan mengesampingkan presiden, jika Mursi tidak mencapai kesepakatan dengan oposisi untuk mengakhiri kerusuhan.
Penolakan Mursi dilihat banyak kalangan berpotensi menimbulkan kekacauan. Kubu oposisi menyebut presiden gagal mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi menjadi lebih baik dari dua tahun setelah revolusi yang menggulingkan Hosni Mubarak.
Selama pidatonya, Mursi tidak memberikan indikasi mengundurkan diri, berbagi kekuasaan, atau melakukan pemilihan umum yang dipercepat. Ia menyerukan pada militer untuk menarik ultimatum dan kembali melakukan porsi pekerjaannya.
Di tempat terpisah, militer mengatakan akan membentuk dewan interim, terutama terdiri dari warga sipil, sampai konstitusi baru dapat dirancang dan seorang presiden baru yang terpilih. Ultimatum mereka dimaksudkan untuk mendorong semua faksi menuju konsensus nasional. "Militer tidak ingin menjadi bagian dari lingkaran politik dan kekuasaan," kata juru bicara militer, Kolonel Ahmed Ali.
CNN | TRIP B
Berita terpopuler:
Demonstran Wanita 'Diraba-raba' di Tahrir Square
Militer Mesir Beri Waktu Mursi 48 Jam
Jawaban 21 Negara yang Dimintai Suaka Snowden
Bush: Snowden Rugikan Amerika
Mesir Memanas, KBRI Tingkatkan Pengawasan WNI