TEMPO.CO, Hanoi - Kesabaran aktivis pro-demokrasi Vietnam, Cu Huy Ha Vu, kian menipis. Kiriman buku ke penjara, kerap disobek sipir di halaman-halaman tertentu yang dianggap sensitif. Surat-surat yang dikirimkan pada keluarganya, hanya beberapa yang sampai ke tujuan. Dia makin marah ketika tidak diizinkan untuk mengakses bukti di persidangan dan melihat istrinya sendiri.
Maka, ahli hukum Vietnam ini memutuskan untuk melakukan aksi mogok makan yang sekarang memasuki minggu keempat. Nguyen Thi Duong Ha, sang istri, mengatakan suaminya belum makan sejak 27 Mei, meskipun ia membawakannya jus jeruk dan kaldu ayam. Dia mencemaskan mogok makan yang dilakukan Vu akan memperburuk masalah jantungnya dan menyebabkan stroke.
"Aku hidup dalam ketakutan," katanya. "Aku tidak bisa tertidur karena aku takut mungkin ada panggilan telepon dengan berita buruk."
Vu, putra penyair revolusioner Cu Huy Can, adalah salah satu kritikus pemerintah yang dipenjara pemerintah Komunis. Ia mulai ditahan sejak 2010 dengan tuduhan melakukan propaganda melawan negara, menyuarakan pemilu multipartai, dan menuntut penghapusan kepemimpinan partai.
Pada hari Selasa Kedubes AS dan Amnesty International menyerukan pada petinggi negara itu untuk membebaskan Vu. Blogger Vietnam juga bersatu menyuarakan pembebasannya di di Internet, hal yang berujung penangkapan tiga blogger terkemuka dalam satu bulan terakhir.
"Semakin banyak kita mendengar tentang perlakuan kasar dari tahanan, termasuk sel isolasi, dipindahkan dari satu penjara ke penjara lain tanpa keluarga mereka diberi tahu, serta makanan dan perawatan kesehatan yang tidak memadai," kata Rupert Abbott, peneliti Amnesty International untuk Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Vu, 55 tahun, pengacara lulusan Universitas Sorbonne adalah kritikus vokal Partai Komunis yang berkuasa. Ayahnya tidak hanya seorang penyair terkenal tapi juga menteri pertanian dalam pemerintahan presiden pendiri Vietnam, Ho Chi Minh.
Vu ditangkap pada tahun 2010 setelah dianggap "menyerang" Perdana Menteri Nguyen Tan Dung dua kali - pertama untuk menyetujui proyek pertambangan bauksit Cina yang dibangun di Vietnam dan kemudian untuk pengajuan gugatan class action. Gugatan ditolak oleh pengadilan Hanoi, dan yang kedua diabaikan. Dia dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara.
Carl Thayer, seorang pakar Vietnam di Universitas New South Wales di Australia, mengatakan kasus Vu "adalah sebuah gambaran dari kebijakan kontraproduktif dari rezim Komunis Vietnam yang berusaha untuk mengintimidasi dan membungkam kritik."
AP | TRIP B