TEMPO.CO, Damascus – Pemimpin Al Qaeda mengecam penggabungan dua kelompok jihad Suriah dan Irak. Kecaman itu disampaikan Ayman Al-Zawahiri melalui surat kepada pemimpin kelompok Jabhat al-Nusra, Suriah dan Negara Islam Irak (ISI), kelompok jihad terbesar di negara itu.
Dua bulan lalu, pemimpin ISI, Abu Bakr al-Baghdadi mendeklarasikan penggabungan dengan al Nusra untuk membentuk kelompok baru Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL). Baghdadi menyatakan al Nusra hanyalahan kepanjangan dan bagian dari negara Islam Irak.
Langkah sepihak itu menimbulkan pembelotan, pertikaian, dan perpecahan dalam operasi jihad, lantaran ketidaksepahaman soal siapa yang memimpin pertempuran.
Dalam suratnya, Zawahiri mengatakan Baghdadi membuat kesalahan dengan mengumumkan penggabungan tanpa berkonsultasi atau bahkan memberitahu para pemimpin Al Qaeda. Dia menyatakan Suriah merupakan negara wilayah bagi Al Nusra, pimpinan Abu Muhammad al-Jaelani, sementara kekuasaan Baghdadi terbatas hanya di Irak.
Al Nusra dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat karena berafiliasi dengan Al Qaeda. Al Nusra dianggap sebagai salah satu kelompok pemberontak paling efektif di Suriah.
Namun setelah Baghdadi merilis sebuah video deklarasi pembentukan ISIL bulan April lalu, banyak pejuang Al Nusra, khususnya yang berasal dari non-Suriah meninggalkan kelompok itu untuk bergabung dengan ISIL.
“Ini adalah perkembangan paling berbahaya dalam sejarah jihad global,” kata sumber Al Nusra di dalam Suriah kepada Al Jazeera.
Salah seorang pejuang Al Nusra memperkirakan 70 persen anggota kelompoknya pindah ke ISIL di Provinsi Idlib, sementara di wilayah timur Suriah, angka pembelotan jauh lebih tinggi.
AL JAZEERA | NATALIA SANTI